Penulis: Hamdani, SE, MSi*
PERHATIAN saya sempat tercurahkan pada seorang teman ketika malam itu dia sedang menonton sebuah video melalui smartphone-nya. Kebetulan kami berada dalam satu ruangan namun duduk agak berjauhan. Tapi karena volume suara yang agak keras dan pembicaraan pemeran dalam video itu cukup nyinyir dan bernada sinis, membuat perhatian saya lebih cepat tertuju pada sumber tersebut.
Tadinya saya tidak menduga bahwa yang memerankan video itu adalah orang yang disebut oleh Senator Aceh Fakhrurrazi menghina martabat orang Aceh. Beberapa hari ini saya baru tahu ternyata dia adalah Deni Siregar.
Tidak bermaksud memanas-manasi, memang jika kita mendengar isi video tersebut sebagai orang Aceh bakal tersinggung. Bukan hanya narasinya termasuk cara penyampaian pun sangat tendensius. Bahkan bisa mengarah terhadap kebencian pada Islam sebab terkait dengan wacana pelegalan poligami di Aceh.
Lantas saya pun mencoba searching mencari beberapa informasi tentang siapa sebenarnya Deni Siregar itu. Kok pembicaraannya seperti orang yang tidak beradab namun berani. Saya menduga ia bukanlah orang sembarangan.
Namun setelah browsing sana sini di internet. Tidak banyak informasi tentang Deni Siregar yang saya peroleh. Tidak seperti para tokoh-tokoh, satu klik saja langsung biografi tentang tokoh-tokoh yang kita cari bermunculan. Mudah dan tersedia informasi yang sangat lengkap.
Anda bisa tes, coba ketik di google “siapa Deni Siregar?” Maka akan muncul laman yang isinya menerangkan dia sebagai pegiat media sosial yang berusaha mencari ketenaran dan pengakuan. Pegiat media sosial sama dengan orang yang menggunakan media sosial sebagai alat mencari popularitas.
Jadi dapat ditebak apa sebenarnya motif Denny Siregar dibalik peredaran video yang mendiskreditkan Aceh. Ya, mencari popularitas. Sebab hanya dengan cara itu dia mencoba mendapatkan nama. Meskipun cara itu sangat murahan karena muatannya hanya propaganda namun bagi yang sedang orang yang sedang mencari panggung akan tetap dilakukan.
Mengutip dari Tribun Makassar Denny Siregar awalnya bukanlah populer. Kemunculannya di media sosial sekitar 2015 lalu. Tulisan-tulisannya banyak dibagikan netizen. Setahun setelah kemunculannya di media sosial, Denny Siregar menulis buku di awal 2016 lalu.
Denny Siregar termasuk pendukung Ahok saat pilkada DKI Jakarta berlangsung bersama dengan Abu Janda dan lain-lain. Ia pernah menulis tentang Ahok dengan sangat apik namun pada saat bersamaan Denny menyerang KH. Ma’ruf Amin dan membantingnya ke tanah saat itu.
Lalu dengan fakta-fakta seperti itu mengapa kita harus risau? Walaupun orang Aceh tidak membalas hinaan yang telah ia lakukan dengan kadar dan kualitas yang sama, namub paling tidak mari kita somasi dan ingatkan dia secara diam-diam saja. Toh meladeninya yang ada justru semakin membuat dirinya tenar, dan memang itulah tujuannya.
Maka strategi yang paling tepat adalah ‘anjing menggonggong kafilah berlalu.” biarkan saja Denny Siregar berkata apa tentang sesuatu yang ia sendiri tidak mengerti. Tidak perlu kita respon berlebihan. Seperti sudah saya utarakan di atas, dia memang sedang mencari popularitas.
Pun begitu saya mendukung penuh langkah Fachrurrazi dan Muzakir Manaf (Mualem) bersama Partai Aceh yang melaporkan Denny Siregar ke Bareskrim Mabes Polri. Sebagai rakyat Aceh kita pun tidak ingin dihina dengan cara brutal. Dengan harapan akan ada permintaan maaf dari seorang Denny Siregar.
*). Penulis adalah Pemerhati Sosial dan Politik Serta Dosen Politeknik Kutaraja, Banda Aceh.