Sabtu, 20/04/2024 - 08:27 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

AS Ingatkan India Agar Kurangi Hubungan dengan Rusia

ADVERTISEMENTS

AS meminta agar India tidak meningkatkan impor energi dari Rusia.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

WASHINGTON  — Pejabat Tinggi Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) meminta India agar mengurangi hubungan ekonomi dan militernya dengan Rusia. Hal ini sebagai bentuk peringatan terkait konsekuensi bagi negara mana pun yang membantu Moskow dalam upaya menghindari sanksi Barat baru-baru ini.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Wakil Penasihat Keamanan Nasional Washington untuk Ekonomi Internasional, Daleep Singh mendesak New Delhi untuk tidak meningkatkan impor energi Rusia, dan untuk menghindari langkah apa pun yang mungkin ‘melemahkan’ Dolar AS. Pernyataan itu ia sampaikan usai bertemu dengan pejabat India pada Kamis (31/3).

ADVERTISEMENTS

“Apa yang tidak ingin kami lihat adalah percepatan impor India dari Rusia terkait dengan energi atau ekspor lainnya yang saat ini dilarang oleh AS,” katanya seperti dikutip, Jumat (1/4).

“AS sangat tertarik untuk semua negara, terutama sekutu dan mitra kami untuk tidak menciptakan mekanisme yang menopang Rubel dan upaya untuk merusak sistem keuangan berbasis dolar,” tambah dia.

Singh pun mengutuk perang yang dilakukan Rusia di Ukraina. Singh mengatakan, kunjungannya ke India adalah semangat persahabatan untuk menjelaskan mekanisme sanksi AS. Namun, ia tetap mengingatkan bahwa akan ada konsekuensi untuk negara-negara yang secara aktif berusaha untuk menghindari atau mengulangi larangan tersebut.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Laporan The Intercept Buktikan Keberpihakan New York Times pada Israel 

Meski demikian, ia enggan menjelaskan secara rinci soal konsekuensi yang dimaksud. Sebab, Singh menyebut, hal itu merupakan perbincangan internal. “Diskusi pribadi yang tidak akan saya bagikan secara publik,” ujarnya.

Pernyataan Singh mengikuti laporan bahwa Moskow dan New Delhi saat ini sedang mengerjakan sistem pembayaran Rupee-Rubel yang akan memungkinkan kedua negara melakukan perdagangan bilateral dalam mata uang masing-masing. India juga baru-baru ini setuju untuk membeli sejumlah minyak mentah Rusia dengan potongan harga,

Keputusan ini berbeda dengan AS dan beberapa sekutunya yang telah memulai kampanye sanksi hukuman yang dirancang untuk mengisolasi ekonomi Rusia.

Sering digambarkan sebagai arsitek rezim sanksi AS di Moskow, Singh mengutip hubungan yang berkembang antara Rusia dan China. Dia mengingatkan bahwa kemitraan mereka dapat memiliki konsekuensi besar bagi India yang telah lama terkunci dalam sengketa teritorial dengan Beijing, yakni perbatasan Sino-India.

Berita Lainnya:
Kemendag: Harga CPO Naik Dipengaruhi Minyak Nabati di China dan AS

“Jika Anda membandingkannya dengan kenyataan bahwa China dan Rusia sekarang telah mendeklarasikan kemitraan tanpa batas, dan bahwa Rusia telah mengatakan bahwa China adalah mitra strategis terpentingnya, dengan perluasan, hal itu memiliki implikasi nyata bagi India,” katanya, mengklaim bahwa Moskow tidak akan datang untuk membela India jika terjadi serangan China.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga mengunjungi Ibu Kota India pada Kamis, bertepatan dengan pertemuan resmi dengan Singh serta Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss.

Meskipun pejabat Amerika Serikat, Australia, dan Inggris telah mengkritik penolakan India untuk mengikuti sanksi, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price menegaskan bahwa Washington tidak berusaha mengubah hubungan negara mana pun dengan Federasi Rusia, terutama India.

“Apa yang ingin kami lakukan, entah itu dalam konteks India atau mitra dan sekutu lain di seluruh dunia adalah melakukan semua yang kami bisa. Untuk memastikan bahwa komunitas internasional berbicara serempak,” ungkap Lavrov

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi