Jumat, 19/04/2024 - 19:12 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Jangan Hanya Larang, Jokowi Perlu Sanksi Menteri yang Gaungkan Penundaan Pemilu

ADVERTISEMENTS

Mitra koalisi yang terus gaungkan penundaan pemilu juga perlu disanksi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

JAKARTA — Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai Presiden Jokowi perlu mengambil tindakan nyata usai melarang menterinya berbicara soal wacana penundaan pemilu. Hal tersebut perlu dilakukan agar publik percaya terhadap pernyataan Jokowi tersebut.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Tidak hanya ber-statment, karena sudah lebih banyak statement presiden yang tidak selaras dengan kenyataan,” kata Dedi kepada Republika, Kamis (7/4/2022).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Dua Menteri Jokowi Ternyata yang Usul PIK dan BSD Masuk PSN

Dedi mengatakan Presiden Jokowi perlu memberikan teguran atau sanksi bukan hanya kepada menteri yang menggaungkann wacana penundaan pemilu. Tetapi juga kepada mitra koalisi yang tidak berada di jajaran kabinetnya.

“Semisal Muhaimin Iskandar atau mungkin Zulkifli Hasan perlu dilakukan teguran dan sanksi, misal mungkin reshuffle,” ujarnya.

Berita Lainnya:
Mahkamah Konstitusi Bakal Panggil Menteri Jokowi hingga DKPP, Siapa Saja?

Menurutnya Presiden saat ini memiliki momentum yang cukup kuat untuk melakukan reshufffle. Selain karena kegaduhan yang ditimbulkan akibat wacana penundaan pemilu, momentum reshuffle dinilai tepat karena kinerja menteri yang mengecewakan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Ini kan sudah terlihat bagaimana Jokowi melakukan teguran itu menunjukkan ekspresi kekecewaan yang menurut saya layak untuk mengambil tindakan yaitu reshuffle,” ungkapnya.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi