Kamis, 25/04/2024 - 06:26 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIPERTANIAN

Pemerintah Diminta Waspada Produksi Padi Turun Saat La Nina

ADVERTISEMENTS

Produksi padi nasional di dua tahun terakhir jauh dari harapan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Guru besar IPB University Prof Dwi Andreas Santosa meminta pemerintah mewaspadai tren produksi padi nasional yang menurun pada masa periode fenomena alam La Nina dibandingkan dengan produksi padi pada periode yang sama beberapa tahun sebelumnya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Pada 2020-2021 itu adalah La Nina, iklim kemarau basah. Sepanjang sejarah dari data yang saya miliki selama 20 tahun terakhir ini, selama La Nina produksi padi pasti naik relatif tinggi,” kata Dwi Andreas dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (12/4/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Dia mencontohkan pada fenomena La Nina pada 2007 hingga 2010, produksi padi Indonesia naik antara 5 sampai 6 persen. Fenomena La Nina selanjutnya pada 2016 produksi padi kembali meningkat hingga 9,6 persen.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Jamin BBM Aman Saat Mudik, Ini Rincian Stok Pertamina

Sementara pada periode La Nina yang terjadi tahun 2020 dan 2021, produksi padi tidak meningkat dan cenderung stagnan atau bahkan menurun. “Produksi padi nasional di dua tahun terakhir itu jauh dari harapan. Tahun 2020 itu produksi kita hanya meningkat 0,09 persen, tahun 2021 malah minus 0,42 persen. Ini sebenarnya bahaya bagi kita semua,” kata Andreas.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Dia mengatakan apabila produksi padi dalam negeri kembali merosot pada 2022, maka akan berdampak serius pada ketahanan pangan nasional. Sebab beras merupakan komponen pangan yang teramat penting bagi masyarakat Indonesia.

Andreas berpendapat, pengurangan jenis pupuk bersubsidi yang akan hanya menjadi Urea dan NPK saja mulai semester dua 2022 akan berpengaruh pada produksi padi. Menurut dia, masih ada beberapa wilayah geografis Indonesia yang lahannya masih membutuhkan unsur pupuk lain seperti za, SP-36, dan lainnya untuk memaksimalkan produksi padi.

Berita Lainnya:
Sektor Pertanian PR Utama, Tapi Tugas Ini tak Kalah Penting Menurut Pakar dari UGM

“Kalau tetap menggunakan mekanisme yang sekarang ini, terlalu berisiko untuk menghilangkan beberapa pupuk yaitu karena produksi padi nasional di dua tahun terakhir itu jauh dari harapan,” katanya.

Andreas juga menyarankan apabila pemerintah berani melakukan dobrakan kebijakan maka harus mengganti kebijakan pupuk bersubsidi menjadi bantuan tunai langsung (BLT) kepada petani. Bantuan tunai tersebut dapat dimanfaatkan petani sesuai kebutuhannya.


 


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi