Jumat, 19/04/2024 - 23:07 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

IN-DEPTH

Ketika Warga Keturunan Tionghoa Menjadi Aset Umat: Pinjaman Bestari Supardi Lee

ADVERTISEMENTS

Contoh nyata kepedulian keturunan warga Tionghoa

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Oleh: Akmal Nasery Basral, Sosiolog dan Penulis

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


SALAH seorang pembaca setia tulisan SKEMA [Sketsa Ramadhan] ini adalah Meuthia Ganie Rochman, Ph.D. Selain selalu meneruskan ( forward) setiap posting saya ke lingkar jejaringnya, doktor sosiologi alumni Radboud University Nijmegen, Belanda, ini juga mengirimkan tanggapan balik yang selalu suportif. Salah satunya seperti ini. “Terima kasih Uda Akmal. Anda menjadi penyampai yang teliti dan baik tentang virtues yang dilakukan orang,” tulis ahli sosiologi pembangunan dan sosiologi korupsi pengarang buku Islam, Jawara & Demokrasi: Geliat Politik Banten Pasca-Orde Baru (2010) itu.

ADVERTISEMENTS


Virtue adalah kebajikan. Saya meyakini virtue sebagai sikap dasar yang melekat pada diri setiap insan, hanya berbeda dalam derajat pengungkapan dan tindakan. Filsuf Yunani Kuno Aristoteles menengarai kebajikan bisa tumbuh berdasarkan praktik dan kebiasaan sehari-hari dari benih etika yang baik yang disebut  virtue ethics. Salah seorang penyemai etika kebajikan itu adalah Supardi Lee, penulis buku Sistem Ekonomi Sedekah dan Direktur Baitul Mal Bestari, yang mendesain program microfinance bagi wong cilik.


“Penerima manfaat Bestari sudah 230-an orang. Salah seorang yang terbaru adalah driver ojol (ojek online) yang kami bantu membeli motor seharga 16 juta dengan qardhul hasan, pinjaman tanpa riba,” katanya. Itu berarti si tukang ojek akan mengembalikan pinjaman sesuai jumlah yang dia terima tanpa ada tambahan biaya seperti lazimnya pinjaman dari lembaga keuangan konvensional. Ini sesuai dengan nama Bestari yang merupakan singkatan dari ‘Berkah Sejahtera Tanpa Riba’ selain memiliki arti ‘cerdas’ yang sudah diketahui luas (seperti pada frasa ‘bijak bestari’).  

Berita Lainnya:
Ibu ini Mualaf Sendirian di Keluarganya, Anaknya Kristen Semua, Kok Bisa? Ini Kesaksiannya...


Saya mengenal Supardi–lelaki berdarah Tionghoa berusia 46 tahun–pertama kali di tahun 2015. Saat itu mantan Pemimpin Umum LKBN Antara, Dr. A. Mukhlis Yusuf, mengundang saya untuk berbagi kiat penulisan di sebuah cafe di Bogor. Supardi hadir sebagai peserta dan aktif dalam diskusi dan memperkenalkan diri sebagai trainer. Di akhir acara dia menghadiahkan bukunya  Wisdom for Beginners: 35 Rambu Penyelamat Bisnis Pertama Anda (2015). “Ini buku penulis amatir, semoga bermanfaat,” katanya sopan. Itu kejadian tujuh tahun lalu.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Kami bertemu lagi dua tahun kemudian di Lucy Coffee—kafe milik istrinya—di Jl. Radar Auri, Cimanggis. Saat itu alumnus IPB angkatan 32 (1995) Jurusan Teknik Industri Pertanian tersebut punya program belajar mengaji dan sharing bisnis setiap Rabu, 9-12 WIB, yang terbuka untuk umum. Satu jam pertama diisi dengan belajar tahsin yang dipandu seorang ustaz, setelah itu pertukaran informasi bisnis yang dipimpin Supardi. Saya diundang sebagai pendengar, menyimak obrolan 40-an hadirin yang antusias. Mayoritas pengusaha UMKM dengan aneka komoditas.

Berita Lainnya:
Kisah Mama Elly, Ibu Crazy Rich Surabaya yang Jadi Mualaf Gegara Lihat Orang Shalat Tahajud


“Awalnya program ini hanya untuk memperbaiki bacaan Al Qur’an saya yang masih perlu disempurnakan. Acara di rumah dipimpin seorang ustaz yang fasih. Beberapa teman saya mendengar kegiatan ini lalu minta ikut. Karena peserta semakin banyak, saya pindahkan ke kafe karena kalau pagi biasanya kafe juga kosong. Itu latar belakangnya,” ujarnya.


Setelah itu kami berkomunikasi lebih sering lewat jalur maya. Di masa pandemi, saya dengar Supardi aktif menggerakkan baitul mal dan beternak lele di bawah bendera Lucy Farm. Awal Februari, saya melihat akun IG @supardi_lee yang mendokumentasikan kesibukannya di Lombok, NTB, melakukan pelatihan vokasional usaha mikro bagi penyandang disabilitas. Di salah satu foto, Supardi berpose dengan seorang perempuan paruh baya yang (terlihat) tuna netra. Statusnya bertuliskan: “Alhamdulillah, bertemu Bu Fitri. Penyandang disabilitas yang menjadi ketua koperasi syariah SAMARA, Lombok Barat, NTB. Koperasi ini anggotanya sebagian besar penyandang disabilitas juga. Salah satu produknya peci yang saya gunakan.”


 


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi