Jumat, 19/04/2024 - 07:21 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

IN-DEPTH

Pesan Toleransi dari Margasari

ADVERTISEMENTS

Belajar menyika[i furu’iyah

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Oleh DR Ma’mun Murod Al-Barbasy, Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Senin, 2/5/2022 saya menjadi khatib Salat Idul Fitri (Salat Id) di Lapangan Barat Margasari Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Kegiatan Salat Id ini diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Margasari Kabupaten Tegal. Ada hal menarik dari pelaksanaan Salat Id ini. Tentu saja bukan semata terkait pelaksanaan Salat Id yang di lapangan, karena bagi Muhammadiyah bukan sesuatu yang baru, tapi lebih terkait dengan toleransi tempat pelaksanaan Salat Id. Ada kearifan dalam menyikapi dua Salat Id yang berbeda tempat.

ADVERTISEMENTS


Tradisi Salat Id di lapangan memang pertama kali diperkenalkan oleh Muhammadiyah. Haedar Nashir (2010) mencatat bahwa pelaksanaan Salat Id di lapangan untuk pertama kalinya dilakukan Muhammadiyah pada 1926 dengan mengambil lokasi di Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Haedar menulis bahwa KH. Ahmad Dahlan yang wafat pada 1923 itu telah berusaha memahamkan umat Islam agar mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw dengan melaksanakan Salat Id di lapangan. Pelaksanaan Salat Id di lapangan ini merujuk pada hasil keputusan Kongres Muhammadiyah ke-15 tahun 1926 di Surabaya, saat Muhammadiyah dipimpin oleh KH. Ibrahim.


Tradisi Salat Id di lapangan bermula dari kritikan seorang tamu dari India pada masa kepemimpinan KH. Ibrahim. Tamu ini memprotes mengapa Muhammadiyah yang telah memposisikan diri sebagai kelompok pembaru, pencerahan (tajdid) melaksanakan Salat Id bertempat di dalam Masjid Keraton Yogyakarta dan tidak melaksanakannya di lapangan sebagaimana telah dicontohkan Rasul oleh Muhammad saw (St. Nurhayat, dkk., 2019).

Berita Lainnya:
Mudik Lebaran, Bandara Kertajati Layani 1.900 Orang per Hari


Contoh Rasul dimaksud tentu merujuk pada Hadis: “Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwa ia berkata: Rasulullah saw keluar ke lapangan tempat salat (mushalla) pada Hari Id, lalu hal pertama yang dilakukannya adalah salat, kemudian ia berangkat dan berdiri menghadap jamaah, sementara jamaah tetap duduk pada saf masing-masing, lalu Rasulullah menyampaikan wejangan, pesan, dan beberapa perintah (HR al-Bukhari).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Sebagai hal yang baru, mulanya Salat Id di lapangan menimbulkan pertentangan dan ketegangan, juga dinilai tidak lazim. Ketaklaziman ini kalau merujuk pada tradisi keberagamaan mainstream di Indonesia memang bisa dipahami. Diketahui bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia adalah penganut Madzhab Syafii. Dan pandangan Imam Syafii terkait Salat Id menyatakan bahwa Salat Id di masjid lebih utama, meskipun dengan catatan bahwa lebih utamanya Salat Id di masjid itu selagi masjid tersebut mampu menampung seluruh penduduk di daerah tersebut. Jika tidak mampu menampungnya, maka tidak dianjurkan Salat Id di dalam masjid (Cholil Nafis, nu.online, 3/5/2022). 


Sementara tiga madzhab lainnya: Imam Hanafi dan Imam Hambali menghukumi sunah Salat Id di lapangan dan makruh melaksanakan di masjid, termasuk Masjidil Haram, dan Imam Malik menghukumi sunah Salat Id di lapangan dan makruh di masjid, kecuali Masjidil Haram. 


Saat ini, Salat Id di lapangan sudah menjadi kelaziman, termasuk di Margasari. Seperti yang terjadi di banyak daerah, pelaksanaan Salat Id di lapangan Margasari pada mulanya juga menimbulkan ketegangan, namun sejak awal tahun 2000-an tak lagi terjadi. Yang tergambar dari pelaksanaan Salat Id 1443 H., Senin lalu, justru menjadi potret wajah toleransi.

Berita Lainnya:
Arus Balik: Volume Kendaraan dari Jalur Puncak ke Jakarta Sudah Lebih Sedikit


Posisi Lapangan Barat Margasari yang menjadi tempat Salat Id memiliki luas hampir setara dengan luas lapangan sepak bola dengan standar internasional. Posisi Lapangan Barat tepat berada di pinggir jalan nasional jalur Tegal-Purwokerto.


Salat Id di Lapangan Barat dimulai jam 07.00 dan tepat pukul 07.10 Salat Id dimulai dan dilanjutkan dengan khutbah. Memulai Salat Id pada jam 07.00 tentu termasuk siang. Siangnya pelaksanaan Salat Id ini karena demi menghormati pelaksanaan Salat Id di Masjid At-Taqwa yang posisinya sesuai arah mata angin tepat berada di pojokan Barat Daya dari Lapangan Barat, yang rangkaian Salat Id-nya dimulai jam 06.15 dan selesai pada pukul 07.00. Jadi prosesi Salat Id warga Muhammadiyah dimulai ketika pelaksanaan Salat Id di Masjid At-Taqwa telah atau hampir selesai.


Warga Muslim di Desa Margasari yang berada di sekitar Lapangan Barat dan Masjid At-Taqwa sudah memahami dengan baik budaya toleransi yang seperti ini. Bagi warga Nahdliyin yang kebanyakan melaksanakan Salat Id di Masjid At-Taqwa, mereka akan berangkat menuju Masjid At-Taqwa lebih pagi. Sebaliknya, bagi warga Muhammadiyah dan sebagian warga Nahdliyin yang akan melaksanakan Salat Id di Lapangan Barat akan menuju ke lapangan lebih lambat. Biasanya mereka akan menuju lapangan ketika mereka yang melaksanakan Salat Id di Masjid At-Taqwa telah menyelesaikan Salat Id atau tengah memulai khutbah Id.


 


 

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi