Masyarakat Mulai Banyak Liburan, Konsumsi Rumah Tangga Naik

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Tingkat konsumsi rumah tangga mulai naik karena masyarakat banyak liburan.

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, terjadi peningkatan dalam konsumsi rumah tangga sepanjang kuartal I 2022 menjadi sebesar 4,34 persen. Konsumsi rumah tangga juga berperan hingga 53,5 persen terhadap pertumbuhan ekonomi RI dari sisi pengeluaran.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Konsumsi rumah tangga pada kuartal IV 2021 tercatat hanya 3,55 persen sementara pada kuartal I 2021 lalu mengalami kontraksi minus 2,21 persen.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

“Selain karena faktor mobilitas masyarakat main baik dan konsumsi naik, di sisi lain masyarakat sudah mulai melakukan kegiatan tersier, seperti hotel, restoran, dan angkutan transportasi,” kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (9/5/2022).

ADVERTISEMENTS

Margo menjelaskan, konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar pembentukan produk domestik brutop (PDB) dari sisi pengeluaran. Selain dari konsumsi rumah tangga, investasi menjadi penyumbang terbesar kedua penyumbang PDB nasional.

ADVERTISEMENTS

Tercatat, pada kuartal I 2022 investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,09 persen dan berkontribusi 30,4 persen.

ADVERTISEMENTS

“Ini karena da peningkatan penjualan semen di dalam negeri serta volume penjualan kendaraan untuk barang modal baik dari domestik maupun impor itu naik,” kata dia.

ADVETISEMENTS

Sementara konsumsi masyarakat dan investasi meningkat, laju konsumsi atau belanja pemerintah mengalami penurunan sebsar 7,74 persen. Akibat penurunan itu, belanja pemerintah hanya menyumbang 5,49 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.

Meski demikian, Margo mengatakan, belanja pemerintah mengalami kontraksi karena belanja barang dan sosial pada kuartal I tahun ini menurun seiring dengan kondisi pandemi yang makin membaik.

“Pada kuartal I 2021 lalu, ada lonjakan tinggi (Covid-19) sehingga pemerintah mengalokasikan belanja sosial sangat tinggi, di saat membaik, belanja sosial itu dikurangi,” kata Margo.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version