Jumat, 19/04/2024 - 17:29 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Kadin Khawatirkan Peningkatan Inflasi

ADVERTISEMENTS

Angka inflasi pada April 2022 merupakan yang tertinggi sejak Januari 2017.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

 JAKARTA — Inflasi pada April meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan laju inflasi nasional pada April 2022 mencapai 0,95 persen. Angka inflasi tersebut, merupakan yang tertinggi sejak Januari 2017 silam yang mencapai 0,97 persen.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Kalangan pengusaha pun mengkhawatirkan kondisi tersebut. “Ini sebetulnya sudah tanda yang mengkhawatirkan. Kami harap dalam jangka pendek bisa terjadi stabilisasi nilai tukar dan inflasi dengan bantuan intervensi kebijakan-kebijakan makro dari pemerintah,” ujar Wakil Ketua Umum III Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Widjaja Kamdani kepada Republika.co.id, Selasa (10/5/2022).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
BPH Migas Terus Tingkatkan Koordinasi Pantau Pasokan BBM dan Gas Bumi

Ia menambahkan, yang memberatkan inflasi karena akn berdampak negatif terhadap peningkatan beban biaya usaha dan potensi peningkatan kinerja usaha dalam jangka pendek. Khususnya karena momentum high consumption & high income seperti lebaran sudah lewat, sehingga kemungkinan besar konsumsi jangka pendek akan kontraksi jauh lebih besar dari yg diperkirakan sebelumnya di periode Mei hingga akhir kuartal III 2022. 

“Ini tentu akan menganggu proses pemulihan usaha dan ekonomi nasional. Khususnya krn beban terbesar akan diterima oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang selama pandemi ini sangat sulit dan lambat menciptakan pemulihan kinerja,” tuturnya.

Berita Lainnya:
Perkuat Kepercayaan Konsumen, Rumah Cokelat Binaan MHU Selesaikan Sertifikasi Halal

Kadin khawatir bila kondisi itu berlanjut terus, Indonesia bisa mengalami stagnasi pertumbuhan ekonomi atau malah resesi. Hal itu karena, daya beli masyarakat dan pelaku usaha sektor riil-nya tidak kuat menanggung peningkatan beban-beban yang disebabkan inflasi. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Semoga dalam waktu dekat bisa dikendalikan agar lebih landai inflasinya dan pelemahan nilai tukarnya. Itu karena, selain inflasi dan pelemahan nilai tukar, pelaku usaha dan masyarakat juga punya beban lain yg memberatkan pemulihan ekonomi seperti potensi kenaikan suku bunga, penipisan stimulus ekonomi, kenaikan beban pajak, dan lainnya yang secara agregat tidak kondusif terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi,” jelas Shinta.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi