Selasa, 23/04/2024 - 15:41 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

Peluang Investasi Obligasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Dunia

ADVERTISEMENTS

Dukungan investor domestik untuk SUN buat pasar obligasi Indonesia cukup resilient

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Di tengah ketidakpastian perekonomian dunia, pasar obligasi Indonesia juga mengalami kenaikan yield akibat foreign fund outflow. Namun dukungan investor domestik untuk obligasi pemerintah yang tinggi membuat pasar obligasi Indonesia cukup resilient.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Kondisi ini tercermin dari kenaikan yield obligasi pemerintah Indonesia yang relatif lebih kecil dibandingkan negara-negara Emerging Market lainnya,” kata Head of Fixed Income Analyst Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, dalam risetnya dikutip Ahad (26/6). 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Handy menilai dukungan investor domestik kepada obligasi pemerintah akan terus solid karena faktor likuiditas rupiah yang masih melimpah. Secara umum, terjadi pertumbuhan pada kredit perbankan sekitar 9 persen, namun Dana Pihak Ketiga (DPK) berupa tabungan, giro, dan deposito juga mengalami kenaikan yang lebih tinggi yakni sekitar 10 persen.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Sektor Pertanian PR Utama, Tapi Tugas Ini tak Kalah Penting Menurut Pakar dari UGM


Hal ini menyebabkan tren loan-to-deposit ratio perbankan terus menurun, yang berarti sistem perbankan Indonesia memiliki likuiditas yang memadai. Dampaknya suku bunga deposito terus mengalami penurunan, sehingga selisih antara bunga depoito dan yield SUN semakin melebar. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


“Kondisi ini membuat dukungan investor domestik terhadap obligasi pemerintah Indonesia akan terus berlanjut,” kata Handy. 


Menurut Handy, tren likuiditas pada perbankan akan terus memadai, mengingat Bank Indonesia masih akan melakukan burden sharing SKB3, dengan membeli obligasi pemerintah di pasar perdana sejumlah Rp 220 triliun. 

Berita Lainnya:
Menko Luhut Nyatakan RI Siap Beri Insentif Tarik Investasi Apple


Selain itu, pemerintah masih menjalankan ekspansi fiskal dimana defisit APBD masih di atas 4 persen dari PDB serta terjadi surplus pada neraca perdagangan Indonesia. Hal ini akan turut menjaga likuiditas ke depannya. 


Di tengah ketidakpastian global yang masih terjadi akibat pandemi, geopolitik perang Rusia dan Ukraina, disrupsi rantai pasokan, kenaikan inflasi yang diikuti dengan kenaikan suku bunga global, menurut Handy, diversifikasi portofolio investasi menjadi sangat penting.


“Obligasi menjadi instrumen yang menarik karena memberikan cash flow kupon yang pasti, dengan tingkat imbal hasil yang masih menarik dan nilai pokok investasinya akan kembali lagi pada saat jatuh tempo,” kata Handy.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi