Kamis, 25/04/2024 - 06:15 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ACEH

Studi: Perempuan Lebih Mungkin Mengidap Long Covid Dibandingkan Laki-Laki

ADVERTISEMENTS

Perempuan lebih mungkin mengidap long covid hingga 22 persen dibandingkan laki-laki.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Sebuah studi terkini mengungkap bahwa perempuan lebih mungkin mengidap long Covid dibandingkan laki-laki. Hasil riset telah dipublikasikan di jurnal Current Medical Research and Opinion.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Menurut riset, kaum hawa 22 persen lebih berisiko mengembangkan kondisi long Covid. Seseorang disebut mengidap long Covid apabila masih mengalami sejumlah gejala Covid-19 meski sudah tidak terinfeksi virus corona.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Para peneliti selama ini memiliki hipotesis bahwa faktor psikososial dan perilaku yang memengaruhi perbedaan berbasis jenis kelamin terkait dampak Covid-19. Namun, studi baru ini memprediksi perbedaan tersebut terkait kondisi biologis.

ADVERTISEMENTS


Sejumlah studi telah mendapati bahwa laki-laki lebih mungkin mengalami penyakit akut yang parah akibat Covid-19. Sebagai pelengkap, riset terbaru menunjukkan bahwa perempuan lebih mungkin mengidap efek jangka panjang.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Studi tersebut melacak beberapa ribu penelitian lain, mencakup data lebih dari satu juta pasien. Selain perbedaan tingkat risiko, penelitian menemukan gejala long Covid berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Berita Lainnya:
PUPR Aceh Barat Raih Peringkat 1 Terbaik APPD Tingkat OPD


Pada pasien perempuan yang mengalami long Covid, biasanya mengalami gejala terkait gangguan telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) serta gastrointestinal. Kondisi kejiwaan/suasana hatinya bisa terdampak, selain aspek dermatologis, neurologis, dan komplikasi yang berhubungan dengan reumatologi, seperti kelelahan.


Deretan gejala itu berbeda dengan pasien laki-laki pengidap long Covid. Para pria lebih mungkin mengalami gangguan endokrin dan komplikasi ginjal. Peneliti belum mengetahui penyebab dari perbedaan itu.


Hipotesis para peneliti adalah adanya pengaruh dari faktor sosial dan budaya, seperti pekerjaan yang berbeda antara kedua gender. Bisa pula karena kesenjangan berbasis gender dalam akses ke perawatan kesehatan akut.


Perbedaan biologis juga bisa berperan dalam perbedaan kondisi long Covid kedua jenis kelamin. Respons imun pada tubuh perempuan yang melindunginya dari penyakit akut justru bisa memperkuat dominasi long Covid.


“Perbedaan fungsi sistem kekebalan antara perempuan dan laki-laki bisa menjadi pendorong penting perbedaan jenis kelamin pada sindrom long Covid,” ungkap para peneliti dalam studi tersebut, dikutip dari laman New Atlas, Rabu (29/6/2022).

Berita Lainnya:
DPRK Umumkan 5 Calon Anggota Panwaslih Aceh Barat


Mereka menjelaskan bahwa perempuan meningkatkan respons imun bawaan dan adaptif yang lebih cepat dan kuat. Itu melindungi dari infeksi dan keparahan awal, sayangnya membuat perempuan lebih rentan terhadap penyakit terkait autoimun yang berkepanjangan.


Masalah yang disorot dalam studi baru tersebut adalah kurangnya data terpilah berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian Covid-19. Sebagian besar karya yang ditinjau dalam studi tidak memiliki itu.


Akibatnya, upaya memahami Covid-19 bisa terhambat, khususnya dalam mengembangkan perawatan yang lebih efektif. Studi menyerukan dunia riset untuk fokus pada data spesifik jenis kelamin dalam penelitian yang diterbitkan berikutnya.


Perlu adanya penelitian lebih lanjut berskala besar yang mencakup jenis kelamin sebagai variabel analitik serta pelaporan data berdasarkan gender. Termasuk, protokol uji klinis menggunakan metodologi khusus.


“Pemahaman menyeluruh tentang bagaimana jenis kelamin secara biologis memengaruhi Covid-19 akan memiliki implikasi penting bagi manajemen klinis dan strategi mitigasi penyakit ini,” ujar para peneliti.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi