5 Negara Ajukan Penundaan Pelarangan Kendaraan Bermesin Konvensional

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

5 negara mengajukan agar masih bisa menggunakan kendaraan hybrid.

ADVERTISEMENTS

 ROMA — Rencananya, Uni Eropa akan melarang penjualan mobil bermesin konvensional pada 2035. Namun, tak semua negara dalam Uni Eropa sepakat akan kebijakan tersebut.

ADVERTISEMENTS

Dikutip dari Drive pada Senin (4/7/2022), terdapat lima negara Uni Eropa yang mengajukan penundaan regulasi tersebut. Kelima negara itu adalah Italia, Portugal, Slovakia, Bulgaria dan Romania.

ADVERTISEMENTS

Kelima negara itu berharap, regulasi itu dilakukan secara bertahap. Dengan kata lain, pada 2035, diharapkan kendaraan dengan mesin internal combustion engine (ICE) bukan dihilangkan 100 persen.

ADVERTISEMENTS

Namun, kendaraan ICE harus bisa menekan emisi CO2 sebesar 90 persen untuk segmen mobil penumpang. Sedangkan kendaraan komersial harus bisa menekan emisi sebesar 80 persen.

ADVERTISEMENTS

Kelima negara itu berharap masih ada kesempatan bagi kendaraan ramah lingkungan yang dikemas dalam format hybrid. Baru kemudian, pada 2040, seluruh kendaraan wajib hadir dengan zero emission.

ADVERTISEMENTS

Perwakilan dari Uni Eropa saat ini masih menolak pengajuan dari kelima negara tersebut. Uni Eropa masih menartgetkan regulassi itu bisa berlaku 100 persen pada 2035.

ADVERTISEMENTS

Hanya saja, kalau pun regulasi itu dijalankan, Jerman adalah salah satu negara yang berkomitmen untuk tak akan ikut dalam kesepakatan itu. Karena, Jerman menilai mesin konvensional masih bisa jadi kendaraan yang ramah lingkungan dengan pengembangan bahan bakar bernama eFuel.

ADVERTISEMENTS

Jerman meyakini, eFuel yang merupakan bahan bakar sintetik tersebut bisa membuat mesin bensin dan mesin diesel jadi mesin yang tak menghasilkan emisi gas buang.

ADVERTISEMENTS

Menteri Keuangan Jerman, Christian Lindner mengatakan, pelarangan kendaraan komvensional bisa menghambat pengembangan teknologi yang menghadirkan bahan bakar ramah lingkungan. “Regulasi itu membuat kita tidak bisa mengetahui peluang yang bisa dihadirkan oleh bahan bakar sintetik,” kata Christian Lindner.

Terlebih, pengembangan bahan bakar sintetik ini sebenarnya telah ada sejak lama. Sehingga, ia berharap pengembangan ini diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa mesin konvensional masih bisa disulap jadi mesin hijau berkat pengembangan teknologi pada bahan bakar.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version