Sabtu, 20/04/2024 - 07:34 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Tanda Anak Bakal Tumbuh Jadi Narsis Menurut Psikolog

ADVERTISEMENTS

Ada tiga hal yang bisa menjadi petunjuk seorang anak lebih mungkin menjadi narsistik.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

JAKARTA — Seorang anak bisa tumbuh menjadi seorang yang narsistik saat dewasa. Meskipun, seseorang tidak dapat secara resmi didiagnosis dengan gangguan kepribadian narsistik (NPD), kondisi di mana seseorang memiliki rasa penting diri yang sangat tinggi, sampai usianya genap 18 tahun.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Pasalnya, dalam usia tersebut, kepribadian seseorang dianggap telah berkembang sepenuhnya. Psikolog yang mengambil spesialisasi dalam gangguan kepribadian, Craig Malkin, membagikan tiga tanda yang bisa menjadi petunjuk seorang anak lebih mungkin menjadi narsistik saat dewasa sebagai berikut, seperti dilansir laman Insider, Rabu (3/8/2022):

ADVERTISEMENTS


1. Lebih melodramatis dibanding anak seusianya


Malkin mengutip sebuah studi longitudinal yang dilakukan selama 20 tahun terhadap anak-anak prasekolah. Dalam penelitian itu, tim mengamati anak-anak mana yang mengembangkan sifat narsistik yang tidak sehat seperti hak yang ekstrem, eksploitatif, dan agresi.  


Para peneliti menemukan adanya kombinasi faktor penyebab, seperti gaya pengasuhan yang memanjakan atau permisif, genetika, dan temperamen awal kehidupan. Semua itu meningkatkan kemungkinan seorang anak mengembangkan narsisme pada awal usia 20-an.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Wanita Menopause Rutin Minum Air Jahe, Aman Nggak Ya?


Menurut Malkin, jika kepribadian anak prasekolah dipenuhi dengan banyak melodrama, itu bisa menjadi salah satu tanda potensial diagnosis NPD pada masa depan. Sebagian besar anak berusia tiga dan empat tahun memiliki bakat dramatis dan kecenderungan egois, mengingat usia mereka yang masih muda. 


“Akan tetapi, jika seorang anak selalu ingin menjadi pusat perhatian, ingin menang, atau memiliki kecenderungan untuk menggertak orang lain, itu bisa menunjukkan kecenderungan narsisme yang tidak sehat,” ujar penulis buku Rethinking Narcissism tersebut.


2. Pengasuh lalai atau terlalu memanjakan


Gaya pengasuhan amat berpengaruh dalam kemungkinan seorang anak mengembangkan narsisme pada kemudian hari. Dalam studi Cramer tentang anak-anak prasekolah, anak-anak yang mengalami pengasuhan otoritatif disebut sebagai yang paling mungkin mengembangkan hubungan aman dan terjamin saat mereka tumbuh dewasa.


Gaya pengasuhan otoritatomif yang dimaksud adalah kondisi di mana orang tua memegang batasan tegas tetapi juga hadir dan mengasuh. Sebaliknya, anak-anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan, memanjakan terus-menerus, atau menuntut kesempurnaan, lebih mungkin menjadi narsisis di masa dewasa.

Berita Lainnya:
Tanda Stroke akan Datang dalam Waktu 90 Hari, Perhatikan 5 Ciri Ini


Ketika orang tua lalai atau menuntut kesempurnaan sebagai persyaratan untuk perhatian, seorang anak mungkin belajar untuk menginternalisasi pesan bahwa mereka tidak cukup seperti apa adanya. Itu sebabnya, saat dewasa, mereka mengembangkan rasa penting diri yang berlebihan sebagai mekanisme pertahanan untuk perasaan tidak mampu.


Sementara, jiika seorang anak terlalu dimanjakan atau diberi tahu bahwa mereka lebih penting atau istimewa daripada teman sebayanya, itu juga dapat menyebabkan narsisme pada masa dewasa. Selalu memberi anak apa yang mereka inginkan bisa menunjukkan bahwa mereka memiliki hak lebih yang menyebabkan rasa superioritas tidak sehat.


3. Memiliki pengasuh yang narsisis


Perasaan diri orang tua atau pengasuh yang narsistik memengaruhi cara mereka membesarkan anak. Hal itu dapat meningkatkan risiko anak mengembangkan narsisme. Pasalnya, seorang anak mungkin menangkap perilaku narsisme dan mulai memercayai pemikiran tersebut dan meneladaninya.


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi