Investor tidak bisa sekadar asal nyemplung tanpa pertimbangan matang.
JAKARTA — Memilih investasi aman dan berkembang menjadi pilihan yang cukup penting bagi investor. Karena tak jarang banyak mereka yang berniat investasi, justru berakhir buntung. Ingin untang besar, tapi malah tak ada satu pun yang diperoleh.
Satgas Investasi mencatat kerugian akibat investasi bodong dalam kurun beberapa waktu terakhir jumlah cukup fantastis. Kerugian masyarakat akibat Investasi Ilegal tahun 2018-2022 mencapai Rp16,7 Triliun
Menurut perencana keuangan dari Insight Finansia Consulting Ruisa Khoiriyah, dalam berinvestasi, investor tidak bisa sekadar asal nyemplung tanpa pertimbangan matang. Ada beberapa hal yang perlu dipahami sebelum memutuskan berinvestasi, baik itu investasi di produk berisiko tinggi, menengah ataupun rendah.
“Pertama, keuangan harus dalam kondisi sehat lebih dulu,” ujarnya, Sabtu (6/8/2022).
Artinya, kata ia, jangan sampai terjadi, cashflow masih pincang dan dana darurat belum aman, asuransi dasar tidak ada, rasio utang tinggi, tapi malah sudah nyemplung ke investasi.
Kedua, yakni mengenali profil risiko sebagai investor. “Apakah profil kita sebagai investor adalah konservatif, moderat atau agresif?.”
Investasi di produk berisiko tinggi, menurut Rusia, hanya cocok untuk mereka yang berprofil risiko agresif.
Ketiga, pastikan berinvestasi dengan ‘uang dingin’. Uang dingin atau uang nganggur (disposible income) adalah uang yang saat ia turun nilainya atau hilang karena investasi tersebut, hidup pemilik modak baik-baik saja, aman dan terpenuhi. “Jangan sekali-sekali investasi memakai uang yang sebenarnya bukan kategori disposible income.
Keempat, memiliki tujuan investasi. Termasuk di sini harus merumuskan target dana yang hendak dicapai melalui investasi. Selanjutnya target waktu pemakaian dana, asumsi hitungan investasi, instrumen yang sesuai dengan time horizon investasi dan profil risiko. “Termasuk exit strategy bila hitungan awal tidak sesuai jalan.
Kelima, kenali produk investasi. Risikonya apa, underlying asetnya apa, dan sebagainya. Ruisa juga menekankan bahwa pemilihan produk investasi juga bisa disesuaikan dengan target waktu pemakaian karena itu terkait dengan capaian yang diinginkan.
“Misalnya, kita berinvestasi untuk dana pendidikan anak yang akan kita gunakan enam tahun lagi, maka pilih instrumen investasi jangka panjang yang cukup agresif dan diharap bisa membantu melawan inflasi jangka panjang sekaligus juga memoderasi risiko,” paparnya.
Lantas apakah kripto aman?
Menurut Ruisa, kripto, meskipun banyak yang legal, namun termasuk dalam kategori berisiko tinggi. Hal itu bisa dilihat dari pergerakan harganya. Bisa jadi kripto memiliki peluang memberi untung. Namun, potensi untung itu setara dengan tingkat risikonya yang juga tinggi. “Kripto cocok untuk pemodal yang advanced dengan disposable income yang ingin meraup untung cepat,” ujarnya.
Sumber: Republika