Jumat, 26/04/2024 - 01:22 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIPERTANIAN

Pemerintah Siapkan Sejumlah Strategi Hadapi Ancaman Krisis Pangan

ADVERTISEMENTS

Kementan menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi ancaman krisis pangan global

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan sejumlah strategi dalam menghadapi ancaman krisis pangan global. Strategi itu mulai dari peningkatan produksi, diversifikasi pangan, penguatan stok, hingga modernisasi pertanian.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Direktur Serelia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Ismail Wahab dalam diskusi bertajuk Menangkis Ancaman Krisis Pangan Global yang diselenggarakan Pataka secara daring di Jakarta pada Selasa (9/8/2022) mengatakan peningkatan kapasitas produksi pertanian yang harus dilakukan pada pangan pokok khususnya padi, jagung, dan kedelai.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


“Yang pertama peningkatan kapasitas produksi. Kita selalu menjaga produksi pangan pokok kita harus selalu tersedia dan harus surplus. Padi, jagung, dan kedelai kita berusaha mencoba memenuhi,” kata Ismail.

ADVERTISEMENTS


Hingga saat ini, Indonesia baru bisa memenuhi kebutuhan beras dari dalam negeri selama tiga tahun berturut-turut tanpa perlu impor. Sementara untuk jagung konsumsi dan kedelai masih banyak tergantung dengan impor. Ismail mengatakan pemerintah berupaya mensubstitusi jagung pangan impor dengan produksi dalam negeri.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Wapres: Pengembangan Ekonomi Syariah Harus Selaras Prioritas Pembangunan Daerah


Dia menerangkan tantangan pemenuhan jagung pangan dari dalam negeri terletak di pengelolaan pascapanen untuk membuat jagung rendah kandungan senyawa beracun bernama aflatoksin. Namun pemenuhan jagung untuk pakan ternak, kata Ismail, Indonesia tidak pernah impor selama tiga tahun.


Sedangkan untuk pemenuhan kedelai, lanjut dia, pemerintah membuat peta jalan penanaman tanaman kedelai hingga 1,5 juta hektare sampai tahun 2026. Produksi kedelai di lahan seluas tersebut diyakini bisa memenuhi kebutuhan kedelai nasional tanpa harus impor.


Upaya antisipasi terhadap ancaman krisis pangan lainnya yaitu melalui diversifikasi pangan. Menurut Ismail, konsumsi beras per kapita harus turun dan digantikan dengan sumber pangan pokok lainnya seperti singkong, sagu, maupun sorgum yang produksinya melimpah di Tanah Air.


Upaya selanjutnya adalah penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. Menurut Ismail, Indonesia harus memiliki lumbung pangan mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten-kota, provinsi, hingga nasional. Selain itu juga diperlukan modernisasi pertanian baik dari segi alat dan juga sumber daya manusia.

Berita Lainnya:
Perkuat Program Pompanisasi, Kementan Dorong Listrik Masuk Sawah


Ismail mengatakan perlu ada regenerasi petani muda menggantikan petani yang rata-rata sudah lanjut usia. Petani muda diharapkan memanfaatkan konsep pertanian modern dalam menggarap lahan agar bisa meningkatkan kapasitas produksi sekaligus meningkatkan kualitas hasil panen.


Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Ali Usman mengatakan perlunya langkah konkret dalam mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut dia, pemerintah perlu berkolaborasi dengan pihak terkait baik itu BUMN pangan maupun pihak swasta dalam upaya meningkatkan produksi pangan dalam negeri.


“Tidak hanya di kementerian, tapi butuh kolaborasi aksi dengan BUMN dan dengan stakeholder atau pelaku usaha lainnya,” kata Ali. Dia menekankan pentingnya modernisasi pertanian dan penggunaan benih varietas unggulan agar digunakan oleh seluruh petani Indonesia guna meningkatkan produksi dalam negeri.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi