Selasa, 23/04/2024 - 21:00 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Persentase Penduduk RI Miliki Antibodi Covid-19 Meningkat Jadi 98,5 Persen

ADVERTISEMENTS

Peningkatan antibodi Covid-19 di masyarakat dinilai menjadi bukti pentingnya booster.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

oleh Dian Fath Risalah

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Sebanyak 98,5 persen penduduk Indonesia berusia 1 tahun ke atas sudah memiliki antibodi terhadap Covid-19. Hal tersebut diketahui dari survei serologi yang diumumkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), Kamis (11/8/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Hasil ini meningkat dibandingkan survei serologi pada Desember 2021 yang mendapatkan tingkat antibodi penduduk Indonesia sebesar 87,8 persen. Ahli Epidemiologi FKM UI, Pandu Riono mengatakan pemberian vaksinasi Covid-19 dosis ketiga menjadi penyebab meningkatnya antibodi terhadap Covid-19.

ADVERTISEMENTS


“Hasil survei itu mengindikasikan atau mendukung bahwa booster itu sangat penting,” kata Pandu dalam Keterangan Pers “Serologi Survei Nasional Ketiga” secara daring, Kamis (11/8/2022).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Namun, lanjut Pandu, hingga kini cakupan booster pertama atau vaksinasi dosis ketiga baru mencapai 28 persen. Angka tersebut masih jauh dari target yang diinginkan yakni sebesar 50 persen. Oleh karena itu, Pandu meminta agar cakupan vaksinasi dosis ketiga dituntaskan terlebih dahulu baru melanjutkan vaksinasi booster kedua untuk masyarakat umum.

Berita Lainnya:
Penderita Covid-19 Terlama di Dunia Wafat Setelah 613 Hari Sakit, Kena Varian Super-Mutant


“Jangan kita pikirkan dulu booster yang kedua, kita tuntaskan dulu booster pertama,” tutur Pandu.


Lebih lanjut Pandu menjelaskan, bila antibodi penduduk Indonesia terbukti sudah mencukupi dengan cakupan vaksinasi booster pertama yang lebih besar, bukan tidak mungkin vaksinasi booster kedua tidak lagi diperlukan.


“Kalau kita sudah bisa menuntaskan (booster pertama) barangkali kita tidak butuh booster kedua. Kita belum tahu, tapi yang sudah jelas bahwa booster pertama itu adalah suatu keharusan kita lakukan. Kita tuntaskan, dalam arti karena dari data mengindikasikan kita berhasil mencapai level kadar antibodi yang cukup tinggi,” tutur Pandu.


Berdasarkan hasil survei, Pandu juga meyakini pemberian booster pertama terbukti menekan keparahan gejala pada pasien Covid-19. Hal ini terbukti saat gelombang subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 , meskipun ada peningkatan kasus namun tingkat perawatan di rumah sakit dan kematian akibat Covid-19 tidak setinggi pada gelombang Covid-19 sebelumnya.

Berita Lainnya:
Asik Main HP, Cak Imin Dapat Teguran Keras Ketua MK di Sidang Sengketa Pilpres


“Terbukti kadar tinggi itu mampu menekan dari perjalanan pandemi waktu kita bukan puncak Omicron ini ada BA.4 dan BA.5, angka yang masuk rumah sakit sangat rendah, angka kematian rendah,” ujarnya.


Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohammad Syahril menambahkan, dengan antibodi yang sudah dimiliki bukan berarti melindungi seseorang dari penularan. Pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) masih tetap harus dilakukan. 


“Harus tetap prokes, dan perlu diingat penduduk dengan dosis vaksin bertambah memiliki kadar antibodi tiga kali lebih tinggi dibanding penduduk dengan vaksin dosis tetap,” tegas Syahril.


 


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi