Jumat, 19/04/2024 - 16:45 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Pemerintah China Minta Petani Ganti Tanaman akibat Gagal Panen

ADVERTISEMENTS

Daerah dengan kekeringan parah didorong beralih ke tanaman akhir musim gugur.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

 NANCHANG — Ketika rekor gelombang panas China mulai mereda, para petani menilai kerusakan yang disebabkan oleh kekeringan berkepanjangan. Pemerintah mendesak mereka untuk menanam kembali atau mengganti tanaman.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Lebih dari 70 hari suhu ekstrem dan curah hujan rendah telah mendatangkan malapetaka di sepanjang lembah Yangtze. Wilayah ini mendukung lebih dari 450 juta orang serta sepertiga tanaman negara itu.

ADVERTISEMENTS


Hujan diperkirakan akan turun selama 10 hari mendatang. Namun para petani di dekat Danau Poyang provinsi Jiangxi, China tengah, yang biasanya menjadi sumber banjir untuk Sungai Yangtze, khawatir bahwa panas telah menyebabkan terlalu banyak kerusakan.


Kementerian Pertanian China dalam pemberitahuan darurat pada Selasa (23/8/2022), meminta petani untuk memanen dan menyimpan beras. Petani diminta mengambil tindakan untuk memperkuat pertumbuhan biji-bijian dalam beberapa minggu mendatang.


Daerah dengan kekeringan telah menimbulkan kerusakan parah, petani didorong untuk beralih ke tanaman akhir musim gugur seperti ubi jalar. “Kami tidak dapat beralih ke tanaman lain karena tidak ada lahan,” kata petani berusia 70 tahun di sebuah desa di pinggiran Nanchang ibukota provinsi Jiangxi Hu Baolin.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Sekjen PBB: Desakan Gencatan Senjata di Gaza Semakin Menguat


Hu mengatakan, tanamannya, termasuk minyak lobak dan wijen, jauh dari berkembang dibandingkan tahun-tahun normal. Sedangkan buah jeruk bali hanya sepertiga dari ukuran biasanya.

Sumur-sumur di dekat lahan pertanian sangat terkuras dan sekawanan angsa berkeliaran di sekitar kolam yang telah benar-benar kering sekitar 10 hari yang lalu. Penduduk desa juga telah berjuang melawan kebakaran semak di dekatnya.


Kementerian Pertanian mengatakan, cuaca panas menimbulkan ancaman serius terhadap produksi biji-bijian musim gugur. Lembaga pusat ini mendesak pemerintah daerah untuk melakukan segala yang mungkin untuk menemukan lebih banyak air.


Drone dikerahkan di provinsi Sichuan yang terparah di barat daya Cina pada Kamis (25/8/2022). Pesawat nirawak ini bertugas menaburkan awan agar menurunkan hujan, sementara daerah lain di sepanjang Yangtze telah memobilisasi petugas pemadam kebakaran untuk menyemprot tanaman kering.


Analis melihat produksi beras sebagai yang paling rentan. “Saya pikir dampak terbesar dari gelombang panas akan terjadi pada tanaman padi, jagung juga memiliki masalah tetapi tidak terlalu banyak,” kata direktur layanan konsultasi di broker pertanian IKON Commodities di Sydney Ole Houe.

Berita Lainnya:
Jokowi Ingin Petani Percepat Tanam Pascapanen

Provinsi Chongqing dan Sichuan di barat daya terguncang setelah lebih dari dua minggu suhu melebihi 40 derajat Celcius menyebabkan kerusakan tanaman, kebakaran hutan, dan penjatahan listrik.  Meskipun peramal nasional mengurangi tingkat siaga panas mereka dari “merah” menjadi “oranye” mulai Selasa, suhu masih diperkirakan melebihi 40 derajat celcius di beberapa tempat di Chongqing, tetangga Sichuan dan bagian lain dari aliran Yangtze hingga akhir pekan.


Curah hujan yang rendah juga mempengaruhi bagian hilir Sungai Yangtze, termasuk Zhejiang dan Jiangsu di pantai timur. Kementerian Sumber Daya Air mengatakan pada Kamis, ketinggian air di Danau Tai telah turun ke titik terendah dalam 20 tahun meskipun pengalihan 500 juta meter kubik sungai Yangtze sejak pertengahan Juli.


Kementerian Air China mengatakan pada 11 Agustus, kekeringan telah mempengaruhi hampir 22.000 kilometer persegi lahan subur dan 350.000 ternak. Dampak akhirnya kemungkinan akan jauh lebih besar dari laporan awal itu. 


 


sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi