Jumat, 26/04/2024 - 05:52 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

AFRIKAINTERNASIONAL

Mali Bebaskan Tiga Wanita dari 49 Tentara Pantai Gading yang Ditahan

ADVERTISEMENTS

Mali tahan sejumlah tentara Pantai Gading sejak 10 Juli 2022

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


BAMAKO— Pemerintah Mali membebaskan tiga wanita dari 49 tentara Pantai Gading yang ditahan pada Sabtu (3/9/2022) waktu setempat. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Penahanan selama tujuh pekan para tentara tersebut telah memicu pertikaian diplomatik antara tetangga Afrika Barat itu.

ADVERTISEMENTS


TV pemerintah Mali dan Pantai Gading mengatakan tiga wanita dalam kelompok itu telah dibebaskan. Tiga wanita yang dibebaskan diperkirakan akan terbang ke ibu kota komersial Pantai Gading Abidjan melalui Togo pada Sabtu malam. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
KJRI Pulangkan Dua Jenazah WNI Korban Kebakaran di Hong Kong


Media Pantai Gading mengumumkan hal tersebut tanpa memberikan rincian lebih lanjut.


Para tentara ditahan di bandara internasional ibu kota Mali, Bamako pada 10 Juli. Militer Mali mengatakan, mereka terbang tanpa izin dan dianggap sebagai tentara bayaran.


Pemerintahan Pantai Gading berulang kali meminta pembebasan pasukannya. Pihaknya mengatakan, tentara telah dikerahkan sebagai bagian dari kontrak dukungan keamanan dan logistik yang ditandatangani dengan misi penjaga perdamaian PBB di Mali.


Mali sedang berjuang untuk mengendalikan pemberontakan Islam, yang berakar setelah pemberontakan dan kudeta pada 2012. 

Berita Lainnya:
Lewat Telepon, Menlu China Bahas Situasi Timur Tengah


Sejak itu pemberontakan menyebar ke negara-negara tetangga yang berimbas pada kematian ribuan orang dan menggusur jutaan orang di seluruh wilayah Sahel Afrika Barat dan negara-negara pantai.


Junta militer yang memerintah Mali sejak Agustus 2020 telah berselisih dengan tetangga regional dan internasional. 


Hal ini dipicu kegagalan mengadakan pemilihan yang dijanjikan dan menunda kembalinya aturan konstitusional.    


 


 


sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi