Sabtu, 20/04/2024 - 20:05 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Suku Bunga Meningkat, Begini Dampaknya ke Sektor Properti

ADVERTISEMENTS

Suku Bunga Bank Indonesia (BI) baru saja mengalami kenaikan menjadi 3,75 persen.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

 JAKARTA — Sektor properti menjadi salah satu sektor yang bakal terimbas kenaikan suku bunga. Seperti diketahui, suku Bunga Bank Indonesia (BI) baru saja mengalami kenaikan menjadi 3,75 persen dari 3,5 persen. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Ke depan, Colliers Indonesia melihat, upaya Federal Reserve dan Bank Sentral lain dalam melawan inflasi dan kenaikan Dolar AS dengan terus meningkatkan suku bunga, akan berimbas pada semakin banyaknya tekanan pada BI untuk mengikuti serta meningkatkan suku bunga. 

ADVERTISEMENTS


“Pada akhirnya, hal ini akan mempengaruhi biaya pendanaan bagi pengembang, investor, dan end-user di Indonesia,” kata Colliers Indonesia Head of Capital Markets & Investment Services, Steve Atherton, dalam risetnya dikutip Kamis (8/9/2022). 


Inflasi di Indonesia juga meningkat pada level 4,94 persen (tahun ke tahun) dengan kenaikan harga bahan bangunan tertentu mencapai hingga 20-30 persen. Pada akhirnya, harga yang lebih tinggi bagi konsumen dan kenaikan suku bunga akan menjadikan pasar properti lokal kurang bergairah.

Berita Lainnya:
Rekrutmen Bersama BUMN, FHCI: Pendaftaran 10 Hari, Jangan Buru-Buru


Selain itu, jika keadaan ekonomi secara umum mulai melambat diiringi dengan peningkatan PHK, akan menjadikan pembeli lebih berhati-hati dalam berkomitmen untuk melakukan investasi, pengeluaran jangka menengah, hingga panjang.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Sementara investor asing akan lebih berhati-hati dalam mengambil langkah. Sebagian besar investor asing, termasuk pengembang, dana ekuitas swasta, dana berdaulat, dana institusional, dan investor swasta, biasanya akan memprioritaskan pilihan terhadap mitra lokal sebagai langkah pertama dalam proses investasi. 


Colliers memperkirakan target kelas aset utama selama 12 hingga 18 bulan ke depan antara lain adalah rumah tapak, township, logistik dan data center. Pemilik tanah dan pengembang lokal yang memiliki bank tanah pada kelompok aset tersebut akan berada dalam posisi terbaik untuk menarik investasi baru baik asing maupun lokal. 


Colliers memperhitungkan akan lebih banyak aktivitas investasi dan pengembangan dalam proyek mixed-use di dekat stasiun transit, seperti MRT dan LRT. Penyewa dan pemilik dapat lebih dekat dengan lokasi pekerjaan, berbelanja, serta lifestyle yang lebih nyaman.

Berita Lainnya:
Puncak Arus Mudik, 848 Ribu Orang Tinggalkan Jakarta Naik Kereta


Investor kontrarian (lokal dan asing) dapat menjadi faktor karena pasar properti lokal mengalami lebih banyak keterbatasan dalam hal permintaan jangka pendek dan beberapa bentuk kesulitan lain seperti pinjaman bank yang gagal dibayar, dan meningkatnya tekanan untuk membayar kembali bunga dan pinjaman yang ditangguhkan.


Dengan kinerja pasar kantor dan apartemen yang sedang melemah saat ini, Colliers memandang adanya beberapa peluang investasi. Ini dikarenakan investor kontrarian berharap dapat memperoleh properti dengan harga terjangkau bahkan dibawah biaya penggantian, serta dapat mengatur waktu investasi dengan sempurna sesuai dengan siklus properti berikutnya.


“Secara menyeluruh, diharapkan bahwa ekonomi Indonesia dapat berada dalam posisi yang relatif kuat untuk menghadapi resesi global yang tertunda, dikarenakan ekonomi konsumen domestik kita yang kuat dan sektor pertambangan dan komoditas yang baik,” kata Steve.


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi