Sabtu, 20/04/2024 - 01:19 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Presiden Filipina Bela Keputusan Darurat Militer di Masa Kepemimpinan Ayahnya

ADVERTISEMENTS

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr membela pemberlakuan darurat militer

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

 MANILA — Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr membela pemberlakuan darurat militer mendiang ayahnya ketika berkuasa. Dia mengatakan pada Selasa (13/9/2022), tindakan itu diperlukan karena secara bersamaan memerangi pemberontakan komunis dan separatis pada waktu itu.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Putra Ferdinand Marcos Sr yang digulingkan dalam pemberontakan rakyat 1986 ini mengatakan, ayahnya menyatakan darurat militer tidak untuk tetap berkuasa tetapi karena pemerintah harus membela diri. “Hukum militer diumumkan karena perang, dua perang yang kami lawan di dua front,” kata Marcos dalam wawancara pertamanya sejak kemenangan telaknya dalam pemilihan Mei.

ADVERTISEMENTS


“Itulah bahayanya, bahaya yang dihadapi negara ini,” katanya.

Berita Lainnya:
Uni Eropa dan Iran Bahas Serangan Israel Terhadap Konsulat di Suriah


Berbagai kelompok termasuk korban pelanggaran hak asasi manusia bersiap untuk menandai peringatan 50 tahun deklarasi darurat militer pada 21 September. Pernyataan pemimpin Filipina itu kemungkinan akan meningkatkan kekhawatiran para kritikus bahwa Marcos Jr tidak berniat menjauhkan diri dari gaya kepemimpinan ayahnya dan ini dapat menimbulkan risiko bagi demokrasi di Filipina.


Dalam wawancara televisi terbaru itu, Marcos Jr membantah tuduhan bahwa dia dan keluarganya memutarbalikkan sejarah. Selama kampanye, para kritikus menuding pencalonannya sebagai presiden adalah upaya untuk menulis ulang sejarah dengan menghapus korupsi dan otoritarianisme yang terkait dengan 20 tahun pemerintahan ayahnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Marcos mengaku sengaja mengunjungi makam ayahnya sehari setelah memenangkan pemilihan dan meminta bantuannya. “Saya akan menggunakan semua yang saya pelajari dari Anda untuk melanjutkan pekerjaan Anda,” kenang Marcos kepada mendiang ayahnya.

Berita Lainnya:
Jepang Serius Putar Otak untuk Atasi Krisis Demografi


Ayah Marcos dan keluarganya melarikan diri dari pemberontakan melawan pemerintahan. Dia meninggal di pengasingan di Hawaii pada 1989. Akan tetapi keluarganya kemudian kembali ke Filipina untuk meluncurkan kebangkitan yang memuncak pada kemenangan pemilihan putranya menjadi presiden pada Mei.


Puluhan tahun kemudian, lebih dari 11 ribu korban darurat militer telah menerima reparasi dari pihak berwenang Filipina. Pembayaran itu menggunakan miliaran dolar dari kekayaan yang diperoleh kembali dari sitaan harta keluarga Marcos Sr.


 


sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi