Selasa, 23/04/2024 - 15:37 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

IN-DEPTH

100 Tahun PERSIS: Belajar dari Masa Lalu, Menatap Masa Depan

ADVERTISEMENTS

Dasar utama pendirian perkumpulan PERSIS pada saat itu, bukan untuk menyusun kepengurusan organisasi hingga ke berbagai pelosok, bukan juga untuk memperbanyak perekrutan anggota, tetapi semata untuk mengorganisir potensi para aktivis guna memperkuat serta mempercepat gerakan penyebaran pembaharuan pemikiran keislaman di Jawa Barat Khususnya dan di Indonesai pada umumnya. Konsekuensinya dari kebutuhan akselerasi penyebaran paham pembaharuan itulah maka dengan berbekal pengalaman para aktivis PERSIS di bidang percetakan dan penerbitan serta kemampuan para tokohnya dalam menuangkan pemikiran mereka dalam tulisan, maka muncullah beragam produk pemikiran yang disebarluaskan melalui tulisan dan cetakan. Baik itu berupa buku, majalah, jurnal, brosus atau buletin.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh


Terbitan reguler PERSIS dalam bentuk majalah yang pertama dicetak dan diterbitkan dengan nama Pembela Islam terbit tahun 1929 sampai pada masa pemberedelan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1935. Selain itu diterbitkan juga semacam jurnal yang diberi nama antara tahun 1931 sampai dengan 1932. Kemudian Majalah Al Lisan yang dikatagorikan sebagai pengganti majalah Pembela Islam setelah ditutup oleh Belanda tahun 1935 dan terus dipertahankan sampai pada tahun 1942.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Pada 1937 koleksi artikel-artikel dalam Pembela Islam yang menonjol dan mendapat respon luas dari berbagi kalangan diterbitkan dengan nama bundel Lasykar Islam. Kemudian pada 1939 diterbitkan majalah baru dengan nama Al-Hikam.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Pada masa ini dapat dikatakan, cita-cita PERSIS untuk menyebarkan gagasan dan paham pemurnian serta pembaharuan paham Islam dengan cepat dan luas mendapatkan keberhasilannya, di mana gagasan pemurnian dan pembaharuan memperoleh respon yang luas dan antusias dari berbagai kalangan Muslim Indonesia, hingga ke negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara; baik yang setuju ataupun yang tidak setuju. Sehingga melahirkan kegairahan, dialektika, dan dinamika pemikiran keagamaan yang positif.     

ADVERTISEMENTS

Meski gebrakannya dengan senjata penerbitan dan tantangan berpolemik di media massa, hingga berdebat terbuka dalam mencari pemahaman yang paling tepat dan benar tentang suatu tema ajaran Islam dari tinjauan Alquran dan hadits sahih cukup menggelegar hingga ke bebagai provinsi dan pulau di Nusantara saat itu. Meski sangat populer, namun PERSIS sebagai organisasi tetaplah kecil dan jumlah anggota resminya sedikit. Bahkan banyak aktivis dan simpatisanya lebih nyaman bergabung secara formal dengan organisasi kemasyarakatan lainnya yang memiliki garis pemahaman keagamaan yang kurang lebih sama semisal Muhammadiyah, Al Irsyad, dan Syarikat Islam.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Fase ketiga, masa revolusi dan kavakuman organisasi. Fase isi di mulai sejak datangnya penjajah Jepang 1942 hingga 1948. Pada fase ini PERSIS sebagai organisasi mengalami kevakuman akibat kebijakan politik Jepang hingga masa-masa genting revolusi kemerdekaan. Kebijakan represif Jepang terhadap gerakan Islam sangat besar pengaruhnya dalam mematikan kreativitas dakwah PERSIS yang bertumpu pada penerbitan dan diskusi serta kelompok-kelompok kajian.

Di sisi lain tuntutan perjuanga fisik semakin mendesak dengan terjadinya perang Jepang melawan Sekutu hingga perjuangan merebut kemerdekaan. Pada umumnya para ulama dan pengurus serta anggota PERSIS mengisi kevakuman organisasi dengan bergabung pada laskar-laskar perjuangan kemerdekaan terutama bergabung dengan Hizbullah dan Sabilillah.

Fase keempat, reorganisasi. Tiga tahun setelah kemerdekaan Indonesia, tegasnya mulai tahun 1948 PERSIS sebagai organisasi kembali dihidupkan. Di bawah kepemimpinan KH Muhammad Isa Anshary yang terkenal dengan panggilan “Singa Podium”, PERSIS dibangkitkan lagi bukan sekedar organisasi pergerakan pemikiran tetapi sekaligus sebagai organisasi yang terlibat dalam gerakan sosial dan politik secara instens.

Selama fase ini yang berlangsung kurang lebih 14 tahun, dinamika PERSIS sebagai jamiyah atau organisasi pergerakan sangatlah dinamis. Seiring dengan situasi nasional yang sangat panas dan penuh gejolak politik, terutama kuatnya pengaruh PKI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mendorong PERSIS untuk aktif penuh di partai politik dengan menjadikannya sebagai anggota istimewa Partai Masyumi.

x
ADVERTISEMENTS
1 2 3

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi