Kamis, 25/04/2024 - 20:22 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

Ekonom: Pemerintah Perlu Pertebal Bansos untuk Jaga Daya Beli

ADVERTISEMENTS

Pemerintah juga perlu memastikan pasokan pangan dan energi membaik.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistiramengatakan pemerintah perlu mempertebal bantuan sosial (bansos) untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah inflasi dan peningkatan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Kalau suku bunga meningkat terlalu tinggi, pemulihan di sektor riil bisa terhambat sehingga BI harus bersinergi dan berkoordinasi dengan pemerintah. Dari sisi fiskal, pemerintah bisa mempertebal bansos,” kata Bhima di Jakarta, Jumat (23/9/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Kenaikan suku bunga acuan BI akan mengerek naik suku bunga pinjaman seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sehingga daya beli masyarakat berpotensi tertekan. Bansos senilai Rp 24,17 triliun untuk masyarakat dinilai masih bisa ditambah dan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) juga dapat direlaksasi dari 11 persen menjadi 8 persen.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Faisal Ungkap Nama Tiga Menteri yang Paling Vulgar Politisasi Bansos: Airlangga, Bahlil dan Zulhas


Pemerintah juga perlu memastikan pasokan pangan dan energi membaik karena inflasi pada 2022 lebih disebabkan oleh gangguan rantai pasok alih-alih peningkatan permintaan. “Saat ini masyarakat tertimpa beban ganda, mereka harus mengeluarkan biaya hidup yang jauh lebih mahal pascakenaikan harga BBM dan harga pangan karena tertekan inflasi, sementara di sisi pendapatan belum bisa pulih kembali ke level pra pandemi,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Di samping itu, kredit kepemilikan kendaraan bermotor juga dapat ikut terkerek naik sehingga masyarakat enggan melakukan pembelian dan kinerja produsen otomotif pun menurun. “Jadi pada 2014 kenaikan harga BBM menurunkan kinerja penjualan sepeda motor sampai lebih dari 14 persen secara tahunan. Sementara saat ini, sudah BBM naik, bunga untuk leasing sepeda motor akan mengalami kenaikan sehingga menurunkan niat masyarakat untuk mengambil kredit kendaraan,” terangnya.

Berita Lainnya:
Mengapa Kemensos tak Bagi-Bagi Bansos? Ini Jawaban Menteri Risma


BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pemerintah juga perlu memberikan insentif kepada pelaku usaha untuk mendorong mereka mengonversi devisa hasil ekspor (DHE) komoditas yang harganya tengah meningkat ke dalam rupiah.


“Ini untuk memperkuat likuiditas juga sehingga bisa menjadi penahan bank menyesuaikan suku bunga pinjaman, meski suku bunga acuan BI mengalami kenaikan. Jadi perlu dipikirkan bersama,” ucapnya.


Dengan inflasi tahunan yang mencapai 4,69 persen pada Juli 2022, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 berpotensi tidak sesuai target pemerintah yang sebesar 5 sampai 5,5 persen di 2022. “Prediksinya pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7 sampai 4,9 persen year on year tahun 2022 ini,” imbuhnya.


 

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi