Jumat, 19/04/2024 - 18:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Pergizi Pangan: Produk tak Berlabel Rawan Picu Alergi

ADVERTISEMENTS

Orang dengan hipersensitivitas harus berhati-hati mengonsumsi produk tak berlabel.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

JAKARTA — Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof Hardinsyah mengatakan produk-produk tanpa label rawan memicu alergi pada orang-orang dengan hipersensitivitas. Karena itu, dia mengatakan orang dengan hipersensitivitas harus berhati-hati mengonsumsi makanan tanpa label.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Celakanya, produk-produk yang tak berlabel dan bermerk, kita nggak tahu BTP (bahan tambahan pangan) ditambahkan berapa takaran, tak tahu apa saja yang ditambahkan,” kata Prof Hardin dalam acara jumpa pers Ngobrol Baik Bareng ABC di Jakarta Selatan, dikutip Jumat (23/9/2022).

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Jaga Kebersihan Mulut Selama Ramadhan, Hindari Rokok Saat Sahur dan Berbuka

Prof Hardin memastikan bahwa produk yang berlabel sangat terkontrol karena diperiksa terlebih dahulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ia menjelaskan BTP merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk memepengaruhi sifat atau bentuk pangan, misalnya mengawetkan, memberikan warna, mencegah tengik, dan meningkatkan rasa.

Berita Lainnya:
Penyakit Mentalnya tak Bakal Sembuh, Wanita Belanda Pilih Jalani Euthanasia


Penggunaan BTP yang sesuai takaran batas aman akan memberikan manfaat teknologi terhadap kualitas pangan. Sebaliknya, penggunaan BTP yang melebihi takaran aman dapat membahayakan kesehatan.

“Negara kita mengikuti kajian JECFA (The Join FAO/WHO Expert Committee on Food Additives, Kemenkes, dan BPOM,” ujar Prof Hardin.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi