Jumat, 26/04/2024 - 05:09 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BOLABOLA NASIONAL

Tragedi Kanjuruhan, Indonesia Berpotensi Gagal Jadi Penyelanggara Piala Dunia U-20

ADVERTISEMENTS

SOS melihat sejumlah pelanggaran prosedural dalam laga Arema vs Persebaya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Dampak tragedi Kanjuruhan bisa terjadi di berbagai aspek. Salah satunya mengenai status PSSI sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA, tahun depan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali menilai Indonesia terancam gagal menyelanggarakan hajatan tersebut. Pasalnya, ini merupakan peristiwa yang terjadi dalam arena pertandingan. Semua menunggu sikap FIFA nantinya.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


“Kalau kemudian, kasus ini menjadi perhatian khusus FIFA, karena terjadi di lapangan dan melibatkan suporter, dan mengorbankan nyawa yang sangat banyak. Artinya FIFA bisa melihat PSSI tidak siap menjalankan tugas sebagai tuan rumah,” kata Akmal dalam pesan singkat kepada Republika, Ahad (2/10).

ADVERTISEMENTS


Ratusan orang meninggal dunia selepas menonton partai Liga 1 Indonesia antara Arema FC vs Persebaya, di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam WIB. Tuan rumah kalah 2-3 dari Bajul Ijo. Lantaran kecewa, suporter Singo Edan masuk ke arena pertandingan. Setelahnya terjadi kekacauan yang sulit diredam pihak keamanan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Milan Ditahan Imbang Sassuolo, Inter Makin Dekat Raih Scudetto


“Misalnya di pertandingan U-20 (timnas), ada kasus serupa terjadi dalam hal penanganan suporter, maupun hal-hal terkait keselamatan dan kenyamanan (itu bagian dari tinjauan FIFA tentang kinerja PSSI sebagai penyelanggara),” ujar Akmal.


Ia memastikan, apa yang terjadi bukan ketegangan antara penggemar Arema dan Persebaya. Dalam hal ini, Bonek dengan Aremania. Pasalnya sudah disepakati dan disampaikan oleh polisi, bahwa penggemar tim tamu tidak hadir di stadion.


“Artinya, tragedi di Kanjuruhan bukan soal rivaliras, tapi soal fanatisme sempit yang kebablasan, yang membuat banyak korban meninggal,” ujar Akmal.

Berita Lainnya:
Polisi Lakukan Penyekatan di Perbatasan Antisipasi Bonek Datang ke Bandung


Ia melihat banyak terjadi pelanggaran sehubungan dengan kejadian itu. Baik dari aspek prosedural, maupun dari sisi regulasi statuta FIFA.


Ia menjelaskan, secara prosedur, Panitia Pelaksana (Panpel) mencetak tiket pertandingan sampai 45 ribu lembar, Itu melebihi kapasitas arena. Apalagi setelah berkoordinasi dengan pihak keamanan, oleh Polisi, Panpel laga tersebut hanya diperbolehkan mencetak 25 ribu tiket. 


Kemudian terkait dengan pelanggaran regulasi statuta FIFA. Pasal 19 B mengatur senjata api dan gas air mata tidak boleh dipakai polisi saat mengamankan pertandingan di stadion.


Dalam catatannya, Akmal menilai apa yang terjadi di Kanjuruhan merupakan tragedi terdahsyat di dunia sepak bola. Jumlah korbannya melebihi tragedi Heysel dan Hillsborough di Eropa.


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi