Kamis, 25/04/2024 - 02:23 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Aktivitas Pabrik Asia Melemah

ADVERTISEMENTS

Aktivitas pabrik di Taiwan dan Malaysia menyusut dan pertumbuhan di Jepang melambat.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 TOKYO — Survei menunjukkan output atau produksi pabrik-pabrik Asia  pada bulan September lalu melemah. Melambatnya permintaan dan kemajuan ekonomi China menambahkan beban tingginya biaya produksi. Hal ini membayangi pemulihan ekonomi pasca-pandemi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Aktivitas pabrik di Taiwan dan Malaysia menyusut dan kecepatan pertumbuhan di Jepang dan Vietnam pada bulan September melambat dibanding bulan Agustus. Tingginya harga bahan baku dan prospek global yang suram membebani sentimen korporat.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Survei digelar setelah data aktivitas pabrik dan jasa Cina pada Jumat (30/9/2022) menunjukkan pendinginan lebih lanjut. Sebab peraturan ketat Covid-19 mengganggu produksi dan mengurangi penjualan.

ADVERTISEMENTS


“Kami melihat kondisi ekonomi di China, Amerika Serikat dan Eropa memburuk, jelas membebani aktivitas manufaktur Asia,” kata kepala ekonomi Dai-ichi Life Research Institute, Toru Nishihama, di Tokyo, Senin (3/10/2022).

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Malaysia Kecewa Hak Veto Halangi Palestina Jadi Anggota Penuh PBB


“Sementara gangguan pasokan masih berjalan, kini Asia menderita merosotnya permintaan global,” katanya.


Indeks aktivitas manufaktur atau Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) Jepang, au Jibun Bank, merosot pada bulan September dari 51.5 bulan Agustus menjadi 50.8. Hal ini menandakan pertumbuhan terlemah sejak Januari tahun lalu.


Survei PMI Jepang menunjukkan pesanan baru merosot dengan tingkat kecepatan tercepatnya dalam dua tahun. Sementara karena melemahnya permintaan dari Cina dan mitra dagang lainnya output juga mengalami penurunan tertajam dalam satu tahun.


“Pelemahan yen juga tidak banyak mendorong permintaan ekspor dan justru mendorong inflasi impor naik dengan drastis dan mendorong kenaikan harga di dalam negeri lebih jauh lagi,” kata ekonom senior  S&P Global Market Intelligence Joe Hayes.


PMI Taiwan pada bulan September 42.2 turun dari bulan Agustus yang sebanyak 42.7. Bertahan di bawah 50 yang memisahkan pertumbuhan bulanan dari konstriksi.

Berita Lainnya:
Jepang Jadi Negara Kedua yang Daratkan Astronautnya di Bulan


PMI Vietnam bulan September 52.5 turun dibandingkan bulan Agustus 52.7. PMI Malaysia turun dari 50.3 menjadi 49.1.


Lonjakan inflasi memaksa bank-bank sentral Amerika Serikat dan Eropa menaikan tingkat suku bunga. Memicu penurunan tajam pada permintaan global yang menopang ekspor Asia.


Perlambatan China juga membayangi pemulihan ekonomi Covid-19 di Asia. Hanya sedikit tanda-tanda Beijing melonggarkan peraturan Covid-19 sesegera mungkin. Banyak pengamat yang memprediksi pada tahun ini pertumbuhan ekonomi China hanya 3 persen.


Artinya tahun ini China akan mengalami pertumbuhan ekonomi paling lambat sejak 1976. Selain tahun 2020 ketika pandemi Covid-19 pertama kali muncul.  


PMI yang dirilis pemerintah China Jumat lalu menunjukan PMI bulan September naik 50.1 dari bulan Agustus di angka 49.4. Tapi data terpisah menunjukkan PMI China yang dirilis Caixin/Markit bulan lalu turun menjadi 48.1 dibanding bulan Agustus 49.5.


sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi