Sabtu, 20/04/2024 - 03:04 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Belajar dari Kanjuruhan, Psikolog Sosial Ungkap Hal yang Harus Dilakukan Massa-Aparat

ADVERTISEMENTS

Aparat juga perlu mengedepankan komunikasi humanis dalam insiden seperti Kanjaruhan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

JAKARTA —  Psikolog sosial Juneman Abraham mengingatkan pentingnya menjaga mental kolektif. Ia mengatakan itu diperlukan untuk mencegah insiden seperti yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai pertandingan sepak bola Liga 1 antara Persebaya Surabaya dengan AremaFC pada Sabtu (1/10/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Menjaga mental kolektif massa tetap positif penting sehingga ketika terjadi sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi, masyarakat tetap bisa rasional menghadapi kejadian tersebut. Menurut Juneman, ini bukan perkara pendidikan mental individu, melainkan soal kebutuhan akan “mental model” yang baik, fair, dan damai dalam suasana kolektif.

ADVERTISEMENTS


“Massa bisa mengimitasi atau meniru model yang baik jika ada banyak contoh,” kata Juneman yang juga Ketua Kompartemen Riset dan Publikasi, Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia kepada Antara, Ahad (2/10/2022).

Berita Lainnya:
Batasi Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak dengan Konsep GGL 415, Apa Itu?

Juneman mengatkaan, dalam teori psikoanalisis sosial, kumpulan orang banyak atau bisa disebut juga massa digambarkan memiliki karakter yang bersifat cair. Artinya, meski terdiri dari kumpulan orang yang rasional, selalu ada peluang massa itu bersikap impulsif atau berbuat sesuatu tanpa berpikir panjang, reaktif, mudah tersinggung, dan mudah meniru perbuatan pihak lain yang tergabung dalam massa itu.

Kondisi itu juga menggambarkan mental kolektif yang sebenarnya bisa menghasilkan hasil positif apabila gaung dan pesan positif ditonjolkan. Kondisi ini tidak hanya terbatas pada penonton sepak bola saja, tapi juga kumpulan massa lainnya di berbagai lini kehidupan seperti penonton konser bahkan masyarakat yang mendukung pencalonan tokoh politik.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Untuk itu, jika mengambil konteks pertandingan olahraga, ada baiknya ketika suatu klub mengalami kekalahan, pendukung justru sebisa mungkin menyikapi kekalahan tersebut dengan lebih dewasa. Penonton seharusnya tidak meluapkan emosinya ke arah negatif seperti berucap kata tak pantas ataupun melempar barang ke klub lawan.

Berita Lainnya:
Berkendara Mudik dengan Balita? Jangan Lupakan Benda Penting Ini

“Maka kita semua perlu mengusahakan untuk mengumpulkan contoh-contoh perilaku massa yang baik (tidak hanya dalam konteks olah raga) dan saling menularkan kisah-kisah tersebut,” kata Juneman.

Juneman pun menyebutkan pelajaran lainnya yang bisa dipetik adalah dari segi psikologi lingkungan. Komunikasi dan respons petugas yang bertanggung jawab untuk ketertiban dan keamanan sebuah massa perlu mengedepankan komunikasi yang humanis sehingga tujuan menjaga sebuah acara berlangsung kondusif bisa tercapai.

“Respons-respons yang mengatasi kekerasan atau kerusuhan dengan jalan yang ‘agak instan’ perlu selalu dipinggirkan sebagai jalan utama,” ujar Juneman.


Menurut Juneman, aparat perlu membangun resiliensi atau ketabahan fisik, pikiran, maupun emosi ketika menghadapi massa. Ini sangat penting untuk dimiliki aparat.


sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi