Selasa, 23/04/2024 - 22:02 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Konflik Berlarut pada Pasangan Jadi Faktor Pemicu Depresi

ADVERTISEMENTS

Pasangan suami istri hendaklah bisa mengelola konflik melalui komunikasi yang sehat.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Psikolog dari Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur Marina Nurrahmani mengatakan bahwa konflik berlarut dengan pasangan merupakan salah satu faktor yang bisa memicu gangguan kesehatan jiwa seperti kecemasan, trauma, hingga depresi. “Banyak kasus yang saya temui di ruangan konseling itu mulai dari kasus depresi, cemas, trauma, itu pemicunya adalah masalah atau konflik dengan pasangan,” kata Marina dalam acara bincang-bincang mengenai kesehatan mental yang digelar daring diikuti di Jakarta, Kami (6/10/2022).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Ia mengemukakan bahwa ada tiga jenis konflik yang sangat mungkin dihadapi oleh pasangan, yakni konflik yang bisa diselesaikan, konflik berulang, dan konflik yang tidak kunjung menemukan jalan keluar. “Konflik yang bisa diselesaikan ini misalnya dari masalah sehari-hari. Sedangkan konflik berulang ini bisa jadi masalah sehari-hari tetapi berulang terus, tidak terselesaikan. Sementara konflik yang ketiga adalah konflik yang sudah mentok, biasanya karena konflik yang berulang tadi diatasi dengan cara yang salah, jadi mentok enggak ketemu solusinya,” tutur Marina.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
8 Tempat Paling Jorok di Kantor, Banyak Kumannya

Ia mengatakan bahwa selain masalah sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga dan perbedaan gaya hidup juga bisa memicu terjadinya konflik pada pasangan. Menurut Marina, konflik merupakan hal yang tidak bisa dicegah oleh pasangan agar tidak terjadi gangguan kesehatan jiwa seperti kecemasan, trauma, dan depresi akibat konflik dengan pasangan, dia menyarankan bahwa suami dan istri harus sama-sama belajar mengelola konflik dengan baik melalui komunikasi yang sehat.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Gaya Hidup 'Sederhana' yang Datangkan Manfaat Besar Bagi Kesehatan

“Konflik itu kalau sepenuhnya dicegah kayaknya enggak bisa, karena bagaimanapun juga ini adalah dua pribadi yang berbeda, diasuh dengan cara berbeda, lifestyle pun berbeda. Kita sendiri saja kadang suka mengalami konflik batin. Apalagi ini ketika berhubungan dengan orang lain. Jadi memang enggak bisa dicegah sepenuhnya, tapi bisa dikelola,” katanya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Ia melanjutkan, jika konflik dirasa sangat sulit ditangani oleh kedua pihak, maka tidak ada salahnya untuk meminta bantuan dari orang-orang yang paling dipercaya.

“Boleh cerita dulu ke orang yang dipercaya, entah teman atau orang tua, yang memang bijaksana. Pilih-pilih, enggak boleh sembarangan. Kemudian kalau dari lingkungan sekitar sudah tidak ada (yang bisa dimintai bantuan), boleh datang ke profesional. Bisa dimanfaatkan BPJS-nya,” kata Marina.

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi