Jumat, 26/04/2024 - 00:08 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Seramnya Krisis Ekonomi Lebanon, Warga Ramai-ramai Rampok Bank untuk Ambil Uang Sendiri

ADVERTISEMENTS

BANDA ACEH – Perampokan bersenjata di bank Lebanon sedang menjadi tren yang berkembang di masyarakat. Namun perampokan bersenjata yang menyerbu bank, bukanlah untuk mencuri uang orang lain. Tindakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan akses ke tabungan mereka sendiri yang sebelumnya sangat dibatasi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Insiden-insiden itu menjadi semakin umum seiring berlanjutnya krisis ekonomi Lebanon yang sedang terjadi. Sementara mata uang lokal, pound Lebanon telah terdepresiasi lebih dari 90 persen terhadap dolar Amerika Serikat.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Pemerintah malahan melakukan pembatasan atas seberapa banyak uang yang dapat ditarik setiap orang dari rekening bank mereka sendiri, dan ini semakin memperburuk situasi.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Penyebab Perampokan Bank

ADVERTISEMENTS

Lebanon telah terhuyung-huyung akibat krisis ekonomi yang semakin memburuk sejak 2019. Menurut PBB, ini telah membuat 80 persen populasi atau sekitar 3 juta orang berada di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan dan pengangguran semakin melonjak serta nilai rekening tabungan telah menurun sudah membuat ekonomi Lebanon makin kacau.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Sejak 2019, bank-bank Lebanon secara bertahap memberlakukan kontrol ketat pada simpanan atau tabungan. Hal itu telah membuat jutaan pelanggan dari tabungan mata uang asing mengalami keterbatasan akses akibat tabungan mereka yang terkunci.

Berita Lainnya:
Faisal Basri dan Anthony Budiawan Bersaksi di Sidang PHPU

Mengutip Kantor berita Al Jazeera, mereka mencontohkan bahwa setiap kali penarikan uang, harganya akan jauh lebih rendah dari nilai pasar. Misalnya, jika uang yang ingin ditarik adalah USD 700, maka bank hanya akan memberikan uang sejumlah USD 200. Di Lebanon itu disebut sebagai potongan rambut de facto.

Potongan rambut dalam istilah ekonomi berarti pengurangan yang diterapkan pada nilai aset. Dalam hal ini, itu mengacu pada nilai tukar bank yang sangat tidak menguntungkan dalam pound Lebanon ketika nasabah mencobamenarik uang tunai.

Kasus Perampokan Bank

Kasus pertama yang diketahui adalah tentang seseorang yang secara paksa mendapatkan kembali dana milikinya. Berita itu dilaporkan pada bulan Januari. Pada kejadian tersebut seorang pria menyandera puluhan orang di Lebanon timur setelah dia diberitahu bahwa dia tidak dapat menarik tabungan mata uang asingnya.

Media lokal melaporkan bahwa pelanggan akhirnya diberikan sebagian dari tabungannya dan diserahkan kepada pasukan keamanan.

Kemudian pada bulan Agustus, seorang pria bersenjata juga menyandera karyawan dan pelanggan di sebuah bank Beirut. Setelah dia diberitahu bahwa dia tidak dapat menarik USD 200.000 dari rekeningnya untuk perawatan ayahnya yang sakit.

Berita Lainnya:
Pria di Pariaman Aniaya Anak Tiri hingga Tewas, Berpura-pura Angkat Telepon dan Melarikan Diri

Pada hari Rabu selanjutnya, seorang pria bersenjata lainnya memasuki cabang Bank Med di kota pegunungan Aley di Lebanon dan berusaha untuk mengambil kembali tabungannya.

Perampokan Lainnya

Pada hari yang sama, seorang wanita bernama Sali Hafiz bersama dengan aktivis lainnya memasuki cabang Bank BLOM di Beirut dengan pistol mainan untuk mengambil uang dari rekeningnya sendiri. Uang tersebut akan digunakan untuk mendanai perawatan rumah sakit untuk saudaranya yang terkena kanker.  

Dia menuangkan bensin ke dalam bank dan mengancam akan membakarnya jika dia tidak menerima tabungannya. Akhirnya dia berhasil mendapatkan USD 13.000 dari total tabungannya sebesar USD 20.000.

Pemerintah memperkirakan bahwa kerugian di sektor keuangan yang sedang lemah sejak awal krisis mata uang berkisar antara USD 68 hingga 69 miliar. Bahkan Bank Dunia telah memperingatkan bahwa bencana ekonomi ini dapat digolongkan sebagai salah satu dari tiga bencana paling parah yang pernah dialami dunia sejak pertengahan abad ke-19.

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi