Kamis, 25/04/2024 - 22:32 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

Gubernur BI: Rupiah Belum Menguat karena Dolar Masih Tinggi

ADVERTISEMENTS

Sinergi yang sangat erat merupakan kunci menjaga stabilitas.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan nilai tukar rupiah saat ini belum menguat lantaran dolar Amerika Serikat (AS) masih sangat tinggi serta kondisi global masih tidak menentu. BI mencatat nilai tukar rupiah sampai dengan 19 Oktober 2022 terdepresiasi 8,03 persen dibandingkan dengan level akhir 2021.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Namun tekanan rupiah ini bukanlah faktor fundamental, tekanan rupiah karena kondisi global serta dolar AS yang menguat sangat tinggi,” tegas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Oktober 2022 dengan Cakupan Triwulanan yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
PHRI Bali Waspadai Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS

Ia mengungkapkan indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) mencapai level tertinggi 114,76 pada 28 September 2022 dan tercatat di level 112,98 pada 19 Oktober 2022 atau mengalami penguatan sebesar 18,1 persen selama tahun 2022.

ADVERTISEMENTS

Bahkan jika dihitung dari pertengahan tahun lalu, penguatan dolar AS lebih tinggi lagi, yakni di atas 20 persen atau hampir 25 persen, sehingga menyebabkan pelemahan mata uang dunia termasuk negara pasar berkembang dan Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Oleh karena itu Perry Warjiyo menekankan sinergi yang sangat erat merupakan kunci, terutama antara BI, pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dunia usaha, perbankan, dan daerah, untuk bersatu mendorong ekonomi, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, dan terus inovatif serta kreatif mencari terobosan-terobosan baru dalam kebijakan.

Berita Lainnya:
Adaptasi Blockchain Terhadap Keuangan Syariah

“Langkah ini agar bersama-sama tentu saja kita bisa terus mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ucapnya.

BI, kata dia, dengan dukungan koordinasi erat dari berbagai pihak terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, termasuk untuk memitigasi inflasi dari barang-barang impor alias imported inflation, sehingga dapat pula mendorong pertumbuhan ekonomi.

Meski kurs rupiah terdepresiasi 8,03 persen, penurunan tersebut lebih rendah dari negara-negara lain dan tidak berdampak pada kondisi perbankan, korporasi, dan tetap mendukung pemulihan ekonomi nasional.

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi