Sabtu, 20/04/2024 - 08:44 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Cegah Osteoporosis, Dokter Sarankan Kendalikan Faktor Risiko, Apa Saja?

ADVERTISEMENTS

Seseorang semakin tinggi terkena osteoporosis apabila memiliki faktor pendukung.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

 JAKARTA — Dokter spesialis bedah orthopaedi dan traumatologi Mohammad Triadi Wijaya, Sp.OT(K), menekankan, pentingnya mengendalikan faktor risiko guna mencegah terjadinya osteoporosis. “Semakin tinggi kemungkinan seorang individu mengalami osteoporosis jika punya faktor risiko, sehingga penting untuk mengendalikan faktor risiko tersebut,” kata dr Mohammad Triadi Wijaya Sp.OT(K) pada acara Webinar HUT RSCM yang diakses secara daring dari Jakarta, Senin (31/10/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Dokter yang praktik di Departemen Orthopaedi dan Traumatologi RSCM itu menjelaskan ada dua faktor risiko osteoporosis, yaitu yang bisa diubah dan tidak bisa diubah. Ia mengatakan, yang tidak bisa diubah misalkan pasien mengalami menopause dini, mengalami patah tulang di atas usia 50 tahun, kondisi medis yang bisa menyebabkan osteoporosis, hingga riwayat keluarga.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Tips Stimulasi Anak Lakukan Aktivitas Fisik Sesuai Usia

Sementara itu, faktor risiko yang bisa diubah, antara lain berat badan kurang atau tubuh yang terlalu kurus, jarang bergerak, merokok dan punya kebiasaan minum alkohol secara berlebihan.

“Kalau seseorang sudah punya faktor risiko, perlu pencegahan sejak dini. Pertama dengan cara menghindari faktor risiko yang masih bisa diubah. Stop merokok dan stop minum alkohol serta menjaga berat badan agar tidak terlalu kurus,” katanya.

Dia menambahkan bahwa sebagian besar kasus osteoporosis tidak memiliki gejala awal. “Gejala osteoporosis pada tahap awal tidak ada, jadi seperti penyakit yang tidak bergejala, sampai akhirnya ke tahap akhir, yaitu patah tulang,” katanya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Penderita osteoporosis yang pernah mengalami patah tulang, kata dia, berisiko mengalami patah tulang kembali hingga dua kali lipat. Dia menambahkan, nantinya petugas kesehatan akan melakukan pengecekan dan pemeriksaan, salah satunya menggunakan radiologi.

Berita Lainnya:
Dokter Ungkap Alasan Osteoporosis Sering Disebut Silent Killer

“Karena itu harus cepat ditangani sebelum terjadi patah tulang, lakukan upaya awal dengan mendeteksi faktor risiko, kalau sudah memiliki beberapa faktor risiko, bisa melakukan skrining awal ke fasilitas kesehatan terdekat,” katanya.

“Tujuannya, untuk melihat kepadatan tulang, khususnya tulang panggul, pergelangan tangan, serta tulang belakang, mengingat tiga bagian ini yang paling berisiko terjadinya patah tulang atau berisiko mengalami pengeroposan pada tahap awal,” tambahnya.

Sementara itu, dokter Triadi menjelaskan osteoporosis adalah suatu penyakit dimana tulang menjadi lemah dan rapuh. Pada kasus yang ekstrem, tulang yang rapuh akan mengakibatkan tulang mudah patah.

“Patahnya bagaimana? Misalkan kecelakaan, jatuh atau terpeleset. Pada kondisi orang yang menderita osteoporosis ada kemungkinan tulang patah saat kecelakaan, terjatuh atau terpeleset,” katanya.

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi