Mengapa Allah Beri Keringanan Shalat Bagi Musafir?

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Allah SWT memberikan jalan dan keringanan dalam menjalankan agama.

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Orang yang sedang dalam perjalanan (musafir) diberi keringanan dalam melaksanakan shalat, namun bukan berarti boleh meninggalkan shalat. Mengapa Allah memberikan keringanan tersebut? 

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS


Allah tidak menyebabkan manusia terjerumus ke dalam kesulitan dan kesusahan dengan disyariatkannya hukum-hukum agama. Ketika seorang Muslim berada dalam kesulitan, Allah SWT pasti memberinya jalan dan keringanan dalam menjalankan agama sehingga hukum-hukumNya tetap bisa ditegakkan dan diterima. 

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS


Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 78, “Wa maa ja’ala alaikum fiddini min harajin,”. Yang artinya, “Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama,”. 

ADVERTISEMENTS


Imam Syafii dalam Fikih Manhaji menjelaskan bahwa perjalanan ibarat sepotong azab. Orang sering kehilangan hidup nyaman dan normal dalam perjalanan. Maka dari itu, Allah SWT banyak sekali memberikan keringanan hukum kepada musafir dan menunjukkan cara agar keringanan itu dapat dimanfaatkan. 

ADVERTISEMENTS


Setidaknya, Allah memberikan dua keringanan kepada para musafir dalam melaksanakan shalat. Pertama, pengurangan jumlah rakaat atau yang biasa disebut qashar. Shalat qashar yang empat rakaat, seperti Zuhur, Ashar, dan Isya dapat dilaksanakan dengan dua rakaat. 

ADVERTISEMENTS


Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah An-Nisa ayat 101,”Wa idza dharabtum fil-ardhi falaysa alaikum junaahun an taqshuruu minasshalaati,”. Yang artinya, “Dan apabila kamu berpergian di bumi, maka tidaklah berdosa kamu mengqashar shalat,”. 

ADVETISEMENTS


Kedua, menjadikan dua shalat dapat dikerjakan dalam satu waktu agar musafir memiliki waktu luang yang lebih atau disebut jamak. Shalat jamak terbagi menjadi dua, yakni jamak taqdim dan jamak ta’khir. Jamak taqdim adalah memajukan shalat yang waktunya di akhir ke waktu shalat yang awal. Sedangkan jamak ta’khir dengan cara memundurkan shalat yang waktunya di awal ke waktu shalat akhir. 


 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version