Rabu, 24/04/2024 - 12:58 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Perbedaan Antara Manusia dan Hewan Menurut Filsuf Muslim Ibnu Bajjah 

ADVERTISEMENTS

Manusia dan hewan mempunyai perbedaan mendasar dalam pandangan Ibnu Bajjah

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

  JAKARTA- Ibnu Bajjah merupakan tokoh penting dalam sejarah filsafat Islam khususnya di Andalusia. Para sejarawan umumnya sepakat, dialah pembuka jalan bagi lahirnya filsuf-filsuf Muslim besar dari Semenanjung Iberia, seperti Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Khaldun.  

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Menurut Mian Mohammad Sharif dalam A History of Muslim Philosophy, dalam konteks zaman kala itu, naiknya pamor sang pemikir yang oleh Barat dikenal dengan Avempace itu, menjadi kemunculan pertama kaum filosof di dunia Islam usai di serang Imam Ghazali, penulis Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Para Filsuf). 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Bahkan, dalam berbagai kesempatan ia secara terbuka mengkritik sang Hujjatul Islam dengan argumen-argumen. 

ADVERTISEMENTS


Ibnu Bajjah menulis banyak karya. Sayangnya, yang sampai pada masa modern hanyalah terjemahan-terjemahan dalam bahasa Latin. Adapun naskah aslinya dalam bahasa Arab lekang oleh waktu. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Sembilan Karomah Sahabat Nabi


Dari sekian banyak buah penanya, ada empat buku yang menjadi karya monumentalnya. Keempatnya adalah Kitab an-Nafs, Risalat al- Ittishal al-‘Aql bi al-Insan, Al-Wada’, dan Tadbir al-Mutawahhid.


Yang pertama itu membicarakan perihal jiwa, kaitan jiwa dengan Tuhan, serta kewujudan pencapaian tertinggi jiwa manusia, yakni kebahagiaan. 


Pembicaraan di dalamnya menunjukkan kuatnya pengaruh para filsuf Muslim dari era Abbasiyah, semisal al-Farabi dan al- Razi. Tentunya, jejak-jejak pemikiran para pemikir Yunani kuno juga tampak di sana, seperti Aristoteles dan Galen. 


Beberapa peneliti mengomentari, kitab tersebut adalah parafrase dari sang filsuf Muslim atas De Anima (Tentang Jiwa) karya Aristoteles. 


Ma’an Ziyadah dalam Kitab Tadbir al- Mutawwahid: Ibnu Bajjah Rezim Sang Failasuf (2018) menerangkan pandangan Ibnu Bajjah perihal ruh dan jiwa (nafs). Menurut sang pemikir, kedua istilah itu dapat disamakan penggunaannya. 


Dalam pandangannya, jiwa adalah penggerak bagi setiap manusia. Jiwa tidak mengalami perubahan, seperti halnya jasmani. Tampak bahwa gagasan sang filsuf Muslim ini banyak terpengaruh oleh dualisme badan-jiwa yang dicetuskan Aristoteles. 

Berita Lainnya:
Akhlak ini Menjadi Tanda Puasa Ramadhan Diterima


Baca juga: Ritual Sholat Memukau Mualaf Iin Anita dan Penantian 7 Tahun Hidayah Akhirnya Terjawab 


Lebih lanjut, Ibnu Bajjah memaparkan, pengetahuan dalam diri manusia merupakan hasil dari observasi yang menandakan keberadaannya. 


Pengetahuan adalah anugerah yang tidak datang dengan sendirinya. Di dalamnya, terdapat hidayah Ilahi, yang membuat seseorang mengetahui banyak hal tentang alam dan kehidupan sekitar. 


Dalam Risalat al-Ittishal, Ibnu Bajjah mengungkapkan, antara lain, kategori tindakan, yakni manusiawi dan hewani.


Pemenuhan kebutuhan nutrisi tentunya berlaku bagi masing-masing makhluk. Namun, berbeda dengan binatang, manusia makan bukan hanya untuk menjaga kekuatan atau nyawa, tetapi juga mencapai kebaha giaan spiritual. 


 


 

sumber : Harian Republika

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi