Kamis, 25/04/2024 - 15:25 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

DIGITALEKONOMI

Penuh Ketidakpastian, Fintech Hadapi Tantangan Pendanaan di 2023

ADVERTISEMENTS

Para pemain di industri fintech harus melakukan efisiensi untuk menjaga biaya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Industri teknologi finansial atau financial technology (fintech) disebut bakal menghadapi kesulitan pendanaan pada 2023 terutama yang berasal dari investor global. Ketua Umum Aftech Pandu Syahrir melihat faktor ketidakpastian masih membayangi di tahun depan. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Perlu digarisbawahi, pendanaan global akan sangat berat. Saya melihat 2023 dan 2024 masih diliputi banyak ketidakpastian,” kata Pandu dalam acara Konfrensi Pers Pra Acara Indonesia Fintech Summit & Bulan Fintech Nasional 2022, Senin (7/11/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Untuk mengantisipasi hal tersebut, menurut Pandu, para pemain di industri fintech harus melakukan efisiensi untuk menjaga biaya. Pemain fintech juga perlu menempuh berbagai upaya untuk mencapai profitabilitas. 

ADVERTISEMENTS


Secara umum, Pandu menilai, kondisi fundamental pemain fintech sudah mulai membaik. Dia pun optimistis fintech akan mengalami pertumbuhan positif dari sisi bisnis didukung antusiasme tinggi para pemain serta regulasi yang memperkuat industri.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Indef Nilai Kenaikan Suku Bunga Pilihan Kebijakan yang Paling Aman


Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi melihat pertumbuhan fintech terutama peer-to-peer (P2P) lending masih akan tetap berlanjut. Hal tersebut didukung masih tingginya celah kredit di Indonesia. Celah kredit ini utamanya meningkat tajam setelah pandemi Covid-19. 


“Ada kebutuhan pendanaan yang belum bisa terlayani oleh segmen perbankan, jadi kita melihat fintech masih akan bertumbuh di 2023,” kata Adrian dalam kesempatan yang sama. 


Meski demikian, menurut Adrian, para pemain fintech harus tetap jeli dalam memilih sektor. Pasalnya, sejumlah sektor sangat rentan terhadap faktor-faktor eksternal dan makroekonomi yang bisa menyebabkan volatilitas lebih tinggi. 


“Pemain fintech peer to peer lending harus memperhatikan hal ini untuk memitigasi risiko non performance dan risiko default. Jadi peluang ada tapi kita juga harus pintar memilih segmen,” ungkap Adrian.

Berita Lainnya:
Cari Tiket Pesawat Mudik? Pelita Air Sediakan 273 Ribu Kursi Penerbangan


Pada tahun depan, Adrian menyampaikan, para pemain fintech khususnya peer to peer lending di AFPI akan fokus menyasar pembiayaan untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah. Adrian melihat sektor UMKM yang menyasar belanja pemerintah cukup positif di tahun depan. 


Sektor lainnya yang akan disasar yaitu pertanian. Pemain peer to peer lending akan didorong untuk berkolaborasi dengan agritech memberikan modal kerja bagi para petani. Selain itu, AFPI akan menyasar industri kreatif yang beberapa tahun lalu sempat menurun dan sekarang mulai bergerak kembali.


Secara umum, menurut Adrian, fintech peer to peer lending masih gencar memberikan pembiayaan untuk sektor produktif. “Ini menjadi salah satu fokus kami dalam beberapa tahun terakhir dimana komposisi pendanaan produktif sudah mencapai hampir 60 persen, meningkat dari dua tahun sebelumnya,” kata Adrian.


 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi