Sabtu, 20/04/2024 - 20:23 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Lewat VR, Pembuat film Yordania Lawan Stereotip Muslim

ADVERTISEMENTS

Samah Safi Bayazid memerangi stereotip tentang Muslim.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

ISTANBUL — Seorang pembuat film dan produser Yordania, Samah Safi Bayazid memerangi stereotip tentang Muslim dengan bantuan film realitas virtual tentang sejarah Islam.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Kami telah menjadi produser dan pembuat film selama lebih dari 10 tahun, tetapi kami tidak pernah berpikir bahwa kami akan masuk ke dunia hiburan sampai kami berada di Disney,” kata Bayazid, dilansir dari laman Daily Sabah belum lama ini.

ADVERTISEMENTS

Adapun Bayazid merupakan salah satu pemilik LightArt Media Productions dan Light Art VR, sebuah perusahaan yang ia gambarkan sebagai pengalaman realitas virtual hiburan Islami. Ide pembuatan film VR tentang budaya Islam muncul saat dia dan suaminya mengunjungi taman hiburan tersebut.

“Kami bersenang-senang,” katanya.

“Mengapa kita sebagai Muslim tidak memiliki sesuatu yang menyenangkan seperti ini? Bagaimana jika kita bisa menceritakan kisah dan warisan kita? Dan sejarah Islam dengan cara yang sangat menghibur, menggunakan teknologi mutakhir, kita mengembangkan perangkat lunak kita,” lanjutnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Bayazid mengatakan, perusahaannya telah mencapai tujuan menghibur dan tetap mendidik orang. Perusahaan memproduksi film dalam delapan bahasa, termasuk Turki, memiliki empat film VR tentang warisan Islam, dan memproduksi yang kelima dan keenam dalam tahun depan.

Berita Lainnya:
Saat Eropa Berebut Timur: Napoleon Manfaatkan Pembenci Islam untuk Invasi Mesir

Wanita berusia 33 tahun itu berada di Istanbul untuk menghadiri konferensi dua hari yang diselenggarakan oleh Asosiasi Perempuan dan Demokrasi (KADEM), sebuah kelompok advokasi perempuan yang berbasis di Istanbul, bersama dengan Kementerian Keluarga dan Layanan Sosial Turkiye.

Tema KTT Perempuan dan Keadilan Internasional kelima adalah “Kode Budaya dan Perempuan”, dengan Anadolu Agency sebagai mitra komunikasi global acara tersebut.

“Saya di sini untuk berbicara tentang citra perempuan dan presentasi perempuan di media,” kata Bayazid di sela-sela KTT.

“Saya telah bekerja di industri ini selama lebih dari 12 tahun dan tinggal di AS (Amerika Serikat). Saya melihat bagaimana cara wanita, khususnya wanita Muslim, diwakili di media secara langsung mempengaruhi bagaimana kita diperlakukan dan ini terkadang menyebabkan Islamofobia,” lanjutnya.

Bayazid bersama suaminya, Muhammad, mendirikan Light Art VR lima tahun lalu. “Kami memutuskan bahwa kami ingin menghasilkan hiburan untuk penonton Muslim di seluruh dunia,” katanya.

Mereka mulai memproduksi sebuah perusahaan yang dibuat oleh komputer Virtual Reality untuk menayangkan film-film beresolusi 8k. Kemudian membawa kembali ke masa 1.400 tahun yang lalu, untuk menyaksikan kisah Islam.

Berita Lainnya:
Kiai Muqoyyim dan Konsistensi Perlawanan Ponpes Buntet kepada Penjajah Belanda

Sutradara yang berbasis di Washington ini juga membahas reaksi dari penonton.

“Jadi, kami telah menyelesaikan dua reaksi berbeda karena kami memiliki audiens Muslim dan non-Muslim,” kata dia.

Dia mengatakan, penonton Muslim, berteriak, tertawa, menangis ketika mereka menonton film perusahaan. Penonton non-Muslim memiliki reaksi serupa tetapi terkejut mengetahui fakta tentang budaya Muslim yang tidak mereka ketahui sampai menonton film tersebut.

“Kami melakukan proyek kami di New York hanya untuk berbagi budaya Islam kami. Mereka menyukainya dan mereka berkata ‘kami tidak mengetahui semua informasi ini karena sangat informatif,” kata dia.

“Misalnya, mereka mengira Islam adalah agama kekerasan. Mereka mengatakan kepada kami bahwa sebelum menonton pengalaman VR kami, mereka mengira perempuan adalah warga negara kelas dua dalam Islam dan mereka dikendalikan oleh laki-laki.

Itu salah satu alasan untuk mendidik orang dan memberi tahu mereka tentang warisan dan budaya Islam kami, untuk menceritakan kisah kami sendiri dan tentang narasi kami,” papar Bayazid.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi