Rabu, 24/04/2024 - 13:17 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Sulawesi Utara Kaya akan Obat Tradisional, Berpotensi Diolah Jadi Obat Herbal

ADVERTISEMENTS

Peneliti ungkap banyak temukan tumbuhan obat tradisional di Sulawesi Utara.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 MANADO — Peneliti dari Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado, Prof. Dr. Dingse Pandiangan, MSi, mengatakan, Provinsi Sulawesi Utara memiliki kekayaan tumbuhan obat tradisional yang bisa diolah berstandar nasional menjadi obat herbal. “Selama ini di Sulut orang berpikir tidak ada obat tradisional yang dapat dikembangkan jadi obat herbal. Tapi pengalaman kami dari tahun 1997 hingga 2017 kami melakukan inventarisasi ke desa-desa yang ada pengobatan-pengobatan tradisional. Kami temukan cukup banyak tumbuhan obat tradisonal,” sebut Prof. Dingse di Manado, Rabu (16/11/2022).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Dia mencontohkan, saat melakukan inventarisasi desa-desa yang memiliki pengobatan tradisional seperti di Desa Pintareng, Kecamatan Tabukan Tengah, Kabupaten Kepulauan Sangihe tahun 1997-1998. Inventarisasi tumbuhan obat-obatan tersebut kemudian terus berkembang sampai ke Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro (Sitaro) tahun 2004-2005 di sembilan desa, salah satunya Desa Lumbo dari tiga kecamatan.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Selanjutnya ke Langowan (Kabupaten Minahasa) dan Modoinding (Kabupaten Minahasa Tenggara) tahun 2017-2018. Sejak tahun 2019 sampai sekarang ini masih berlanjut ke Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Selatan. Dia mencontohkan, ditemukannya pertama ‘Pica Piring’ (bahasa Sangihe) dan dalam bahasa Indonesia tapak dara atau Catharanthus roseus yang diinventarisasi di Tabukan Tengah untuk mengobati penyakit muntah darah dan blendedan setelah dikaji ternyata mengobati penyakit kanker.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Cegah Penyakit Menular Seksual, Calon Pengantin Diimbau Periksa Kesehatan Sebelum Nikah


Pengkajian pada tahun 1997-2006 masih terkait tapak dara (Catharanthus roseus) mulai dari penapisan fitokimia sampai produksi senyawa aktif katarantin dalam bioreaktor. Hasil invensi dalam produksi senyawa aktifnya dalam bioreaktor tersebut telah diperoleh sertifikat patennya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Kemudian hasil inventarisasi dari Langowan, ditemukan tumbuhan obat tradisional sebutan orang Kakas (Kabupaten Minahasa) Pasotedan di Modoinding, Kabupaten Minahasa Tenggara disebut ‘Sambote’. Dari informasi masyarakat pengguna bahwa tumbuhan tersebut dijadikan obat kolesterol dan gula.


“Saya tadinya tidak mengenal tumbuhan tersebut sama sekali awalnya. Kemudian saya identifikasi dengan mengirimkannya ke LIPI (BRIN-red) Jakarta untuk identifikasi lebih jelasnya nama ilmiahnya,” katanya.


Namun, identifikasi konvensional agak lama, sementara menunggu diidentifikasi, pihaknya juga melakukan dengan identifikasi molekular menggunakan teknologi DNA di Laboratorium Bioteknologi dan Molekular FMIPA Unsrattempat saya bekerja, katanya.

Berita Lainnya:
Dinkes DKI Belum Sebar Nyamuk Wolbachia di Jakbar, Ini Alasannya


“Untuk menemukan jenisnya, pertama saya cari dulu nama ilmiahnya melalui uji molekular agar lebih cepat, dapatlah yang namanya Dysphania ambrosioides. Tanaman ini bisa menurunkan kolesterol dan kadar gula. Jadi masih ada juga tanaman-tanaman herbal lainnya yang terus kami teliti,” katanya.


Dia mengatakan, secara empiris di kabupaten dan kota Provinsi Sulut banyak terdapat tumbuhan obat tradisional yang bisa dikembangkan menjadi obat herbal. Hasil inventarisasi yang telah dilakukan di Kabupaten Kepulauan Sangihe misalkan, sebanyak 119 spesies yang sudah terpublikasi di jurnal internasional Biodiversitas tahun 2019.


Selanjutnya, di Kabupaten Bolaang Mongondow, di tiga kecamatan yang diinventarisasi 115 spesies sementara persiapan publikasi. Inventarisasi seperti ini juga sudah dilakukan di Kabupaten Minahasa melalui Program Ristoja sekitar tahun 2015.


Ke depannya menurut dia akan dilanjutkan lagi di Minahasa yang masih belum terdata dengan baik dan diduga memiliki banyak spesies tumbuhan obat tradisional.


“Obat tradisional empiris banyak, tapi belum terpublikasi. Kami mempunyai harapan besar untuk menjadikannya berstandar nasional dan BPOM,” ujarnya.

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi