Kamis, 25/04/2024 - 17:44 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EDUKASI
EDUKASI

Kemenkop dan UMKM: Kewirausahaan Perlu Dibentuk Sejak Usia Mahasiswa

ADVERTISEMENTS

Untuk mendorong mahasiswa menjadi entrepreneur muda, diperlukan sejumlah hal.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA – Pemerintah telah menetapkan penambahan entrepreneur baru sebanyak satu juta orang untuk mengejar target rasio kewirausahaan 3,95 persen hingga 2024. Target tersebut membutuhkan keterlibatan semua pihak terutama kalangan perguruan tinggi.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Kewirausahaan itu perlu dibentuk sejak usia muda seperti pada usia-usia mahasiswa. Tujuannya agar wirausaha yang lahir bukanlah pengusaha yang sifatnya temporer, tetapi pengusaha-pengusaha yang punya potensi menjadi besar di masa depannya,” ujar Kepala Bagian Perencanaan Pemantauan dan Evaluasi Kedeputian Bidang Kewirausahaan Kemenkop dan UMKM, Fiter Silaen, pada kegiatan Komunikasi Sosial (Komsos) Kreatif 2022 yang digelar Mabes TNI dan Universitas Krisnadwipayana (Unkris) secara hybrid di kampus Unkris pekan lalu, seperti dalam siaran persnya, Ahad (20/11/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Jadi, menurut Fiter, pengusaha itu nantinya bukan sekadar menjadi pelaku usaha karena keterdesakan. “Sebab ketika pandemi, banyak orang yang kemudian menjadi pelaku usaha tetapi berdasarkan survei hanya sedikit sekali yang terus eksis.”

ADVERTISEMENTS

Fiter melanjutkan, untuk mendorong mahasiswa menjadi entrepreneur muda, selain diperlukan penguatan kurikulum kewirausahaan, perguruan tinggi juga perlu membentuk inkubator bisnis. Tujuannya membantu para mahasiswa menggali potensi bisnis yang ada baik itu potensi dari dalam diri mahasiswa, potensi di sekitarnya, dan potensi-potensi lainnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Cyber University: Perlunya Perubahan Mindset Hadapi Serangan Siber di Era Society 5.0

“Jadi perguruan tinggi perlu memiliki lembaga inkubator yang mumpuni sehingga ke depan bisa menelurkan mahasiswa bukan sekadar pelaku bisnis tapi pengusaha besar di masa depan,” jelas Fiter.

Untuk menjadi seorang entrepreneur, Direktur PT Pusat Studi Apindo (ATC) Prof Prayitno, menyatakan, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenal DNA kewirausahaan yakni kenal, kanal, dan kawal. Kenal artinya harus mengenal potensi atau bakat yang dimiliki. Untuk itu para mahasiswa harus memiliki roadmap atau peta jalan. Peta jalan ini penting untuk menjadi tuntunan mau jadi apa di masa depannya. “Karena kalau tidak punya peta jalan, begitu lulus, ilmunya susah, sudah jadi doktor malah buka usaha pecel lele. Ini tidak sesuai dengan ilmu yang dipunyainya.”

Menurut Prayitno, untuk menjadi seorang sukses kuncinya adalah berani menjadi minoritas. Dalam arti berbeda dengan kebanyakan yang dilakukan orang. “Menang talenta itu belum tentu menjadi sukses. Dalam beberapa kasus ajang pencarian bakat, banyak yang menang namun dalam perjalanannya tidak menjadi bintang. Tetapi sebaliknya, mereka yang tidak menang malah menjadi sukses,” tegasnya.

Prayitno mengingatkan selain talenta, menjadi seorang wirausaha juga harus memiliki performance. “Ingat bahwa tidak semua orang bisa menjadi entrepreneur karena menjadi entrepreneur harus memiliki nyali, ketahanan, inisiatif, dan keuletan,” jelasnya.

Berita Lainnya:
FAI UMJ Tanda Tangani MoA dengan IAIN Lhokseumawe

Jika sudah mengenal talenta, maka untuk menjadi seorang pebisnis, jelas Prayinto, seseorang juga harus memiliki kanal. Kanal ini bisa dalam bentuk relasi, bisa juga role model. Dan terakhir adalah mengawal bisnis. “Untuk menjadi seorang pebisnis besar maka kita harus masuk dalam komunitasnya agar kita ikut menjadi besar.”

Senada juga disampaikan Toro Sudarmadi. Dalam paparannya, Ketua Umum Himpunan Pengusaha dan Wiraswasta Indonsia (HIPWI) tersebut mengatakan bahwa banyak pelaku UMKM yang tidak bertahan karena dalam bisnisnya hanya fokus pada produk dan melupakan brand awarness. Padahal brand awarnes merupakan hal penting dalam strategi pemasaran agar produk lebih dikenal masyarakat. “Brand awarness penting untuk menggambarkan tingkat pengetahuan masyarakat akan produk yang kita jual,” katanya.

Untuk meningkatkan brand awarnes, lanjut Toro, seorang pelaku bisnis bisa memanfaatkan media sosial (medsos). Namun hal yang perlu diingat bahwa seseorang harus memilih dengan tepat kanal media sosial yang akan digunakan. “Karena tidak semua medsos didatangi oleh calon pembeli kita,” katanya.

Toro juga melihat pentingnya pelaku UMKM untuk masuk dalam e-commerce. Karena bergabung dalam sistem e-commerce, pelaku bisnis akan mendapatkan feedback dari konsumennya baik terkait produk, maupun pengiriman, dan layanan lainnya.

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi