Selasa, 16/04/2024 - 13:59 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

China Beri Catatan pada Hasil Konferensi Iklim PBB

ADVERTISEMENTS

China beranggapan tata kelola iklim global masih jauh.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

BEIJING – China menyambut kesepakatan yang telah tercapai dalam United Nations Climate Change Conference (COP27) yang digelar di Sharm el-Sheikh, Mesir. Kendati demikian, Beijing menilai, masih ada jalan panjang bagi kerja sama global untuk membatasi kenaikan suhu bumi.

ADVERTISEMENTS

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan, negaranya menyambut kesepakatan pembentukan mekanisme pendanaan bagi negara-negara rentan terdampak perubahan iklim. Namun terkait hal itu, Beijing tetap memberikan catatan.

ADVERTISEMENTS
Promo Takjil Bank Aceh Syariah

“Peta jalan untuk menggandakan pendanaan adaptasi global masih belum jelas, yang tidak kondusif untuk membangun rasa saling percaya antara utara dan selatan,” kata Mao dalam pengarahan pers, Senin (21/11/2022).

ADVERTISEMENTS
Promo Pembiayaan Ramadhan Ekstra Bank Aceh Syariah

Oleh sebab itu, Mao berpendapat, tata kelola iklim global masih jauh. “Negara-negara maju masih belum memenuhi komitmen mereka untuk menyediakan dana iklim sebesar 100 miliar dolar AS untuk negara-negara berkembang setiap tahun,” ujarnya.

Berita Lainnya:
Membaca Sinyal Respon Israel atas Serangan Iran

Dalam COP27, China menolak gagasan bahwa ia seharusnya tidak lagi dianggap sebagai negara berkembang. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, Negeri Tirai Bambu masuk dalam kategori sebagai negara pencemar terbesar di tingkat global.

ADVERTISEMENTS
Ramadhan Berbagi Bersama Bank Aceh Syariah

COP27 berhasil menghasilkan kesepakatan tentang pembentukan mekanisme pendanaan untuk memberi kompensasi “kerugian dan kerusakan” kepada negara-negara rentan yang terdampak perubahan iklim. Hal itu disambut positif, terutama oleh negara-negara berkembang yang sedari awal memang menuntut adanya kompensasi akibat pencemaran oleh negara-negara kaya atau maju.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses Pelantikan dan Setijab Mayjen TNI Niko Fahrizal

Namun COP27 gagal mendorong pengurangan emisi lebih lanjut guna mempertahankan tujuan aspiratif, yakni membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius dari tingkat pra-industri. PBB dan Uni Eropa telah mengutarakan kekecewaan atas kegagalan tersebut.

ADVERTISEMENTS
Semarak Ramadhan 1445 H bersama Bank Aceh Syariah, Diskon Belanja 50%

“Planet kita masih dalam keadaan darurat. Kita perlu mengurangi emisi secara drastis sekarang, dan ini adalah masalah yang tidak dibahas COP ini,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Ahad (20/11/2022), dikutip Anadolu Agency.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh - Telkomsel, Beli Paket Data mulai dari 110K OMG melalui Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Periode 11 Maret - 11 April 2024
Berita Lainnya:
Perubahan Iklim Mempengaruhi Rotasi Bumi dan Waktu

Sementara itu Wakil Presiden Komisi Eropa Frans Timmermans mengungkapkan, hasil COP27 di Mesir bukan langkah cukup untuk memajukan pengurangan emisi. “Itu tidak memberikan upaya tambahan yang cukup bagi penghasil emisi besar untuk meningkatkan dan mempercepat pengurangan emisi mereka,” kata Timmermans yang hadir langsung di Sharm el-Sheikh.

AADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Prancis sebagai salah satu negara maju di dunia turut menyesalkan kurangnya ambisi pengurangan emisi pada hasil akhir COP27. Menteri Energi Prancis Agnes Pannier-Runacher mengatakan, COP27 tidak membuat kemajuan dalam komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca serta penghentian penggunaan bahan bakar fosil.

“Perjanjian COP27 mungkin tidak memenuhi ambisi Prancis dan Uni Eropa, tapi mempertahankan hal yang paling penting: menggarisbawahi tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius dan mendesak negara-negara melakukan upaya ekstra mulai 2023. Menegaskan kembali tujuan ini sangat penting dalam konteks global krisis iklim dan energi,” kata Pannier-Runacher.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi