Sabtu, 20/04/2024 - 17:10 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

3 Bentuk Ekstremisme dalam Menjalankan Ajaran Islam

ADVERTISEMENTS

Ekstremisme bisa menjangkiti siapapun tanpa pandang bulu

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

JAKARTA – Ekstremisme dalam agama adalah bentuk pemahaman dan pengamalan yang berlebihan. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Associate Professor Fakultas Agama Islam (FAI) Uhamka, Ai Fatimah Nur Fuad mengungkapkan tiga tantangan ekstremisme atau at-tatharruf. 

ADVERTISEMENTS

Hal ini disampaikan dia saat menjadi pembicara dalam seminar nasional bertema “Peran Perempuan Muhammadiyah dalam Penguatan Islam Wasathiyah di Indonesia”.

 “Jadi di hadapan kita itu banyak sekali tantangan ekstremisme, baik yang sifatnya keyakinan  atau sifatnya politik, atau sifatnya praktis sehari-hari,” ujarnya di kampus Uhamka, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (30/12/2022).

Berita Lainnya:
Dampak Penyakit Dengki dan Obatnya

Tantangan pertama adalah at-tatharruf al-i’tiqady atau ekstremisme dalam teologi/akidah. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Menurut dia, ekstremisme ini bisa dicontohkan dengan munculnya aliran-aliran teologi seperti Qadairyah, Jahmiyah, Murji’ah, dan Syiah Ismailiyah.

Kedua, ada at-tatharruf as-siyasy atau ekstremisme politik. Misalnya, munculnya aliran Khawarij yang memboikot kekuasaan Ali bin Abi Thalib, sampai muncul pemikiran yang membolehkan membunuh Muslim selain pengikut Khawarij.

“Jadi kalau laisa minna, bukan bagian kita, maka dibolehkan dibunuh. Itulah bentuk ekstremisme yang ada yang terkait dengan politik,” ucap alumni Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini.

Sedangkan yang ketiga adalah at-tatharruf al-amaly atau ekstremisme dalam perbuatan. Misalnya, kata dia, orang berlebihan-lebihan dalam beribadah seperti berpuasa terus menerus tanpa berbuka atau sholat dalam jangka waktu yang lama tanpa melaksanakan kewajiban lain.

Berita Lainnya:
Gambaran Nabi Muhammad SAW dalam Perang: Sosok tidak Kenal Takut

Menurut dia, itu juga merupakan bentuk yang ekstrem, bukan bentuk kesalehan yang total. 

“Ada sholat yang terus sholat saja sampai lupa menafkahi anak istrinya, atau berdakwah 40 hari 40 malam gak pulang-pulang seperti bang Thayib,” kata Ai.

“Jadi itu kebablasan itu, bukan saleh, tapi itu gak tahu hak dan kewajiban, termasuk memberikan nafkah,” imbuhnya.  

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi