Kamis, 25/04/2024 - 16:54 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Dokter Sering Lihat Tanda Ini di Kuku Pasien Penyakit Liver

ADVERTISEMENTS

Penting bagi dokter memeriksa kuku pasien penyakit liver dengan teliti.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Penyakit liver atau hati menjadi salah satu penyakit berbahaya yang gejalanya jarang muncul sebelum stadium akhir. Pada tahap ini, kelainan pada kuku sering muncul pada pasien.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Manifestasi dermatologis sering memberikan beberapa petunjuk awal dari penyakit liver yang mendasarinya. Namun, penyebab perubahan kuku yang terkait dengan sirosis masih belum diketahui.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Penelitian dari Departemen Dermatologi di Sohag University menunjukkan perubahan tersebut mungkin merupakan konsekuensi dari penurunan kekebalan tubuh, kekurangan zat besi, anemia atau usia yang menua. “Penting bagi dokter untuk memahami dan memeriksa kuku pasien dengan teliti mulai dari warna, tekstur, ketebalan, dan kelengkungannya, sehingga bisa mencapai diagnosis yang cepat dan pada pasien dengan penyakit liver,” kata badan kesehatan tersebut seperti dilansir Express, Kamis (12/1/2023).

ADVERTISEMENTS

Untuk memahami prevalensi perubahan kuku, Sohag University meluncurkan penelitian untuk memeriksa berbagai manifestasi kulit yang terkait dengan penyakit hati. Departemen medis di universitas itu mencatat bahwa finger clubbing merupakan tanda penyakit liver kronis, terutama sirosis bilier primer dan hepatitis aktif kronis.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Turis Australia Unggah Kisah di Medsos Kena DBD di Bali, Ini Respons Menkes

Mount Sinai School of Medicine menjelaskan, finger clubbing adalah gejala penyakit, sering kali pada jantung atau paru-paru, yang menyebabkan kadar oksigen dalam darah rendah secara kronis. Telah disarankan dalam penelitian awal bahwa finger clubbing pada sirosis bukan akibat kelainan tulang melainkan disebabkan peningkatan aliran darah tepi dengan pelebaran pembuluh darah di jari.

Pada awalnya, finger clubbing disebabkan oleh pelunakan bantalan kuku, diikuti dengan peningkatan sudut normal 160 derajat antara alas kuku dan lipatan kuku proksimal. “Akhirnya kuku dan kulit periungual tampak mengkilap dan kuku mengembangkan tonjolan longitudinal,” jelas Saudi Medical Journal.

Dalam studi tersebut, sebanyak 80,5 persen pasien dengan penyakit hati menunjukkan perubahan kuku, menandai prevalensi yang lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya. Dalam sebuah penelitian di Mesir pada tahun 2010, misalnya, para peneliti mencatat perubahan kuku sebanyak 68 persen pasien dengan penyakit hati.

Berita Lainnya:
Jepang Tarik Suplemen Penurun Kolesterol Ini dari Peredaran, Benarkah Sebabkan Kematian?

Pada 2013, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences melaporkan perubahan kuku pada 72 persen sampel yang diteliti. Apalagi, sebuah studi tahun 2018 yang diterbitkan dalam International Journal of Research in Dermatology menemukan perubahan kuku pada 60 persen pasien dengan penyakit hati kronis.

Lantas berapa lama gejala sirosis muncul? Secara umum dianggap bahwa perkembangan dari penyakit hati berlemak non-alkohol tahap awal membutuhkan waktu puluhan tahun.

Studi terbaru telah menemukan bahwa beberapa kasus berkembang pesat dalam waktu singkat dua tahun. Tanpa urutan tertentu, gejala sirosis cenderung meliputi kelelahan, penurunan berat badan, mual, muncul memar di kulit, hingga kemerahan di telapak tangan. Beberapa orang lebih rentan terhadap kerusakan sel hati dibandingkan yang lainsehingga gejala sirosis dapat berkembang pada tingkat yang berbeda.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi