Sabtu, 20/04/2024 - 16:36 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Populasi China Turun Untuk Pertama Kalinya Sejak 1961

ADVERTISEMENTS

China memiliki 1,41175 miliar orang pada akhir 2022.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

 BEIJING — Populasi China pada 2022 turun untuk pertama kalinya sejak 1961. Ini menandai sebuah perubahan bersejarah dimulainya periode panjang penurunan jumlah warga China.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

China memiliki 1,41175 miliar orang pada akhir 2022. Biro Statistik Nasional China mengatakan, jumlah ini menurun dibandingkan dengan 1,41260 miliar pada 2021.

ADVERTISEMENTS

Sementara tingkat kelahiran pada 2022 mencapai 6,77 kelahiran per 1.000 orang. Jumlah ini turun dari tingkat 7,52 kelahiran pada 2021 dan menandai tingkat kelahiran terendah dalam sejarah. China juga mencatat tingkat kematian tertinggi sejak 1976. Negara tersebut mencatat 7,37 kematian per 1.000 orang pada 2022, dibandingkan dengan tingkat kematian 7,18 pada 2021.

Berita Lainnya:
Pemerintah Inggris Digugat Karena Masih Menahan Dana Bantuan UNRWA

Sebagian besar penurunan demografi adalah hasil dari kebijakan satu anak China yang diberlakukan antara 1980 dan 2015. Penurunan demografi juga didorong oleh biaya pendidikan yang sangat tinggi, sehingga membuat banyak orang China hanya memiliki satu anak atau bahkan tidak punya anak sama sekali.

Berita Lainnya:
Bahaya Kesehatan Mengancam Warga Gaza yang Bertahan Hidup dengan Makan Rumput

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Pakar populasi mengatakan, kebijakan zero-Covid China yang ketat  telah menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada prospek demografis negara yang suram. Sejak 2021, pemerintah daerah  telah meluncurkan langkah-langkah untuk mendorong masyarakat memiliki lebih banyak anak, termasuk pengurangan pajak, cuti hamil yang lebih lama, dan subsidi perumahan. Langkah-langkah tersebut diperkirakan tidak akan menghentikan tren jangka panjang.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi