Selasa, 23/04/2024 - 15:07 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Dr Tan Shot Yen: Indonesia Kaya akan Bahan Pangan, tidak Layak Anak-anaknya Stunting

ADVERTISEMENTS

Di Indonesia yang kaya akan bahan pangan, anak-anaknya santap makanan kemasan.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Kecenderungan sebagian masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi makanan kemasan membuat ahli gizi merasa miris. Terlebih, Indonesia merupakan negara yang kaya akan makanan bernutrisi tinggi dan dicari oleh masyarakat dunia.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Ini Tanah Air yang kaya, tidak layak anak-anaknya stunting,” kata pakar nutrisi dr Tan Shot Yen saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (18/1/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Dr Tan mencontohkan singkong yang sudah jarang dimakan, khususnya oleh masyarakat urban. Mereka disebut lebih suka keripik singkong kemasan alih-alih singkong alami.

ADVERTISEMENTS

“Begitu kita masuk ke produk industri, maka kita bicara kasta. Artinya, nggak mungkin semua produk komposisi sama, angka kecukupan gizi (AKG) sama, apalagi harga sama. Atau harga mahal tapi isi tetap nggak karuan, ‘jebakan Batman’,” ujar dr Tan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Penelitian: Konsumsi Ikan Cegah 750 ribu Kematian pada 2050

Dr Tan mengaku senang ketika Presiden Joko Widodo menggaungkan agar anak-anak tidak lagi diberikan makanan ultraproses atau makanan kemasan. Sebab, Indonesia memang memiliki bahan pangan yang kaya, tapi justru terjadi kasus-kasus stunting di beberapa wilayah.

“Kita kaya dengan bahan pangan, laut kita juga kaya, bagaimana mungkin laut dan tanah kita yang kaya ini tapi anak-anaknya makan berasal dari kemasan? Itu kan udah nggak masuk akal sama sekali,” papar dr Tan.

Mengapa ini terjadi? Menurut dr Tan, masalahnya ada pada minimnya edukasi. Padahal, ibu hamil telah dibekali buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA) secara gratis oleh pemerintah sebagai panduan dalam merawat tumbuh kembang anak.

Berita Lainnya:
Jangan Paksakan Kondisi-Kondisi Ini Seusai Libur Lebaran

“Tidak perlu panduan-panduan di media sosial yang bisa menjebak,” tutur dr Tan.

Di sisi lain, dr Tan menyoroti pendidikan dasar soal pemenuhan gizi. Seperti susu formula dan kental manis yang menjadi pilihan para ibu alih-alih memberikan air susu ibu (ASI) yang gratis dan steril. Ia menyesalkan banyak ibu yang ikut-ikutan dan terjebak iklan dengan klaim berlebihan hingga akhirnya beralih ke susu pengganti ASI.

Kan tragis ya, di kampung-kampung nelayan atau peternakan ayam yang telurnya melimpah, hati ayam potong banyak, eh di situ justru kantong stunting terjadi,” ujar dr Tan.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi