Jumat, 26/04/2024 - 05:23 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Jadi 2,3 Persen

ADVERTISEMENTS

Suku bunga diperkirakan masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menurunkan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2023 menjadi 2,3 persen. Sebelumnya, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 sebesar 2,6 persen.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Tekanan inflasi global terindikasi mulai berkurang sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat dewan Gubernur (RDG) Bulanan, Kamis (19/1/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Meskipun begitu, Perry menuturkan, tekanan inflasi global juga masih berada di level tinggi. Hal itu seiring dengan masih tingginya harga energi dan pangan, berlanjutnya gangguan rantai pasokan, dan masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di Amerika Serikat dan Eropa.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
BPS: Andil Inflasi Perawatan Pribadi Lebih Dominan dari Transportasi

Sejalan dengan tekanan inflasi yang melandai, Perry menuturkan, pengetatan kebijakan moneter di negara maju mendekati titik puncaknya. “Ini dengan suku bunga diperkirakan masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023,” ucap Perry.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Dia mengungkapkan, ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai mereda. Hal itu berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang.

Berita Lainnya:
Viral Redenominasi Rupiah, Ada Uang Kertas Pecahan 1.0, Apa Kata Bank Indonesia?

“Tekanan pelemahan nilai tukar negara berkembang juga berkurang,” ujar Perry.

Pertumbuhan ekonomi global memang semakin melambat dari perkiraan sebelumnya. Perry menyebut, hal tersebut disebabkan fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju.

Koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi cukup besar dan disertai dengan meningkatnya risiko potensi resesi terjadi di AS dan Eropa. “Penghapusan kebijakan nol-Covid di China diperkirakan akan menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi global,” ungkap Perry.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi