Kamis, 25/04/2024 - 17:17 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIGLOBAL

Jepang Ungkap Kondisi Keuangan Semakin Genting  

ADVERTISEMENTS

Jepang akan meningkatkan upaya untuk menjaga stabilitas penerbitan obligasi Jepang.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 TOKYO — Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengungkapkan saat ini kondisi keuangan negara menjadi semakin genting. Peringatan tersebut muncul saat pasar menguji apakah bank sentral dapat mempertahankan suku bunga sangat rendah.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Keuangan publik Jepang telah meningkat parah ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya karena kami telah menyusun anggaran tambahan untuk menanggapi virus corona dan masalah serupa,” kata Suzuki dikutip dari //Reuters//, Senin (23/1/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Suzuki menegaskan kembali tujuan pemerintah untuk mencapai surplus anggaran tahunan pada tahun fiskal hingga Maret 2026. Hanya saja, pemerintah telah kehilangan target penyeimbangan anggaran selama satu dekade.

ADVERTISEMENTS

Kementerian Keuangan Jepang memperkirakan bahwa setiap kenaikan suku bunga satu poin persentase akan meningkatkan pembayaran utang sebesar 3,7 triliun yen atau sekitar 29 miliar dolar AS menjadi 251 miliar dolar AS untuk tahun fiskal 2025/2026.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Pupuk Indonesia Tegaskan Proses Distribusi yang Lebih Adil dan Transparan

“Pemerintah akan berupaya mengelola penerbitan obligasi pemerintah Jepang secara stabil melalui komunikasi yang erat dengan pasar,” ucap Suzuki.

Dia menjelaskan, penerbitan obligasi Jepang secara keseluruhan, termasuk obligasi bergulir tetap pada level yang sangat tinggi senilai sekitar 1,6 triliun dolar AS. Dia memastikan Pemerintah Jepang akan meningkatkan upaya untuk menjaga stabilitas penerbitan obligasi Jepang.

“Keuangan publik adalah landasan kepercayaan suatu negara. Kita harus mengamankan ruang fiskal dalam keadaan normal untuk menjaga kepercayaan di Jepang dan mata pencaharian masyarakat pada saat darurat,” ungkap Suzuki.

Utang publik Jepang lebih dari dua kali lipat hasil ekonomi tahunannya, sejauh ini merupakan beban terberat di dunia industri. Pemerintah telah terbantu oleh imbal hasil obligasi yang mendekati nol, tetapi investor obligasi baru-baru ini berusaha untuk menembus batas 0,5 persen Bank of Japan (BOJ) pada imbal hasil obligasi 10 tahun.

Berita Lainnya:
Jepang Ungkap Detail Biaya untuk Perangi Rendahnya Angka Kelahiran

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida sebelumnya meminta tekad Suzuki untuk menghidupkan kembali ekonomi dan menangani reformasi fiskal. Khisida menekankan perlunya siklus pertumbuhan positif yang dipimpin oleh keuntungan perusahaan dan konsumsi pribadi yang menyumbang lebih dari separuh ekonomi.

“Kenaikan upah memegang kunci siklus yang baik ini,” kata Kishida.

Kishida berjanji untuk mendorong reformasi tenaga kerja untuk menciptakan struktur yang memungkinkan pertumbuhan upah yang berkelanjutan. Selain itu juga mengatasi rasa sakit dari kenaikan biaya hidup. 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi