Multi Drug Treatment Bantu Putuskan Rantai Penularan Kusta

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Siapa saja yang dapat diberikan multi drug treatment kusta?

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Indonesia masih termasuk tiga negara penyumbang kasus kusta tertinggi di dunia, selain Brasil dan India. Untuk membantu memutuskan mata rantai penularan penyakit kusta dalam masyarakat, pengobatan melalui Multi Drug Treatment (MDT) dapat diberikan.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

“Kusta adalah penyakit pada kulit dan saraf yang disebabkan oleh bakteri Mycrobacterium leprae,” jelas dokter spesialis kulit dan kelamin RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Sri Linuwih SW Menaldi, dalam Temu Media Neglected Tropical Diseases (NTDs)’s Day yang diikuti di Jakarta, Senin (30/1/2023).

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

Dr Sri menjelaskan kusta merupakan penyakit menular dengan daya tular yang rendah yang bisa mengenai usia anak hingga dewasa. Masa inkubasinya lama dan proses pengobatannya panjang, meski tetap bisa diobati dan disembuhkan.

ADVERTISEMENTS

Infeksi kusta bisa menyerang tangan, kaki, dan mata. Dalam beberapa kasus, kusta bisa membuat penderitanya mengalami disabilitas  akibat luka yang tidak disadari karena mati rasa hingga peradangan saraf akut.

ADVERTISEMENTS

Kusta terbagi menjadi dua berdasarkan tipenya, yakni tipe pausibasiler (PB) atau kusta kering dan tipe multibasiler (MB) atau kusta basah. Kedua tipe ini mempunyai proses pengobatan yang berbeda.

ADVERTISEMENTS

Dr Sri mengatakan MDT yang sudah tersedia secara gratis di puskesmas tidak hanya bisa memutus rantai penularan, tetapi juga mencegah resistensi obat, meningkatkan keteraturan berobat, dan memperpendek masa pengobatan hingga mencegah terjadinya cacat atau cacat berlanjut. MDT pun terbagi menjadi dua, yakni lini pertama dan kedua.

ADVETISEMENTS

Pada lini pertama, tenaga kesehatan akan menjalankan tata laksana yang sesuai dengan ketetapan Kemenkes yang mengacu pada Badan Kesehatan Dunia (WHO). Penderitanya akan diberikan kapsul rifampisin, kapsul lunak klofazimin (lampren) dan tablet dapson yang takarannya disesuaikan dengan usia pasien.

Obat lini kedua hanya bisa diberikan jika pasien berada dalam kondisi khusus, misalnya jika pasien mempunyai alergi terhadap salah satu atau lebih rangkaian obat MDT lini pertama. MDT lini kedua juga bisa diberikan pada orang yang kebal terhadap obat MDT, mempunyai efek obat yang sulit ditoleransi, serta ibu hamil dan menyusui.

Menurut dr Sri, pengobatan MDT di lini kedua dilakukan dengan mengganti obat yang bersifat antibakteri. Dosis dan lama pemberiannya disesuaikan dengan panduan. Hanya saja, obatnya tidak tersedia secara gratis.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version