Sabtu, 20/04/2024 - 15:44 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Konsumsi Pemanis Buatan Harus Dihindari oleh Tiga Kelompok Ini

ADVERTISEMENTS

Ada kelompok yang disarankan mengurangi asupan pemanis buatan atau menghindarinya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

JAKARTA — Pemanis buatan sering dianggap sebagai alternatif gula yang lebih sehat karena tak mengandung gula atau kalori. Namun, bukan berarti pemanis buatan bisa dikonsumsi sesuka hati dalam jumlah berlebih.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Pakar nutrisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dr Rimbawan mengatakan, pemanis buatan aman dikonsumsi bila telah mendapatkan izin dari BPOM. Selain itu, pemanis buatan juga aman dikonsumsi selama tak melebihi acceptable daily intake (ADI) yang telah ditentukan oleh BPOM.

ADVERTISEMENTS

Menurut BPOM, ADI merupakan jumlah maksimum bahan tambahan pangan, dalam miligram per kilogram berat badan, yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan. “Tidak boleh sebanyak-banyaknya, semua itu diatur oleh BPOM untuk keamanan kita,” ujar dr Rimbawan dalam peluncuran Indikator Gula di Super Indo, beberapa waktu lalu.

Hal serupa diungkapkan oleh Mayo Clinic. Mayo Clinic mengungkapkan, pemanis buatan secara umum aman digunakan oleh orang yang sehat selama sesuai dengan ADI.

Berita Lainnya:
Penyandang Diabetes Disarankan Bawa Alat Cek Gula Darah Saat Mudik

 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Namun, ada beberapa kelompok orang yang disarankan untuk mengurangi asupan pemanis buatan atau bahkan menghindarinya. Berikut ini adalah kelompok tersebut, seperti dilansir situs Mayo Clinic:

1. Orang dengan kondisi genetik langka bernama phenylketonuria, karena konsumsi makanan atau minuman yang mengandung aspartam bisa memunculkan masalah kesehatan serius pada mereka.

2. Orang dengan penyakit radang usus atau IBD, karena konsumsi pemanis buatan bisa memicu kekambuhan.

3. Anak berusia di bawah dua tahun, menurut panduan asupan makan di Amerika Serikat.

Meski aman dikonsumsi, Mayo Clinic menganjurkan orang-orang untuk mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah kecil saja. Selain itu, Mayo Clinic juga menganjurkan agar orang-orang membatasi frekuensi konsumsi pemanis buatan.

“Sebaiknya menggunakan pemanis buatan dalam jangka pendek, atau sesekali, coba kurangi konsumsinya bila Anda terbiasa menggunakannya beberapa kali dalam sehari,” ujar Mayo Clinic.

Bila mengacu pada Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Bahan Tambahan Pangan, ada enam golongan pemanis buatan yang telah mendapatkan izin dari BPOM. Keenam pemanis buatan tersebut adalah asesulfam-K (Acesulfame potassium), aspartam (Aspartame), siklamat (Cyclamates), sakarin (Saccharins), sukralosa (Sucralose/Trichlorogalactosucrose), dan neotam (Neotame). Berikut ini adalah masing-masing ADI untuk keenam pemanis buatan tersebut:

Berita Lainnya:
5 Kebiasaan Buruk Ketika Nyetir Mobil, Sering Dianggap Sepele Padahal Berbahaya

1. Asesulfam-K (Acesulfame potassium) dengan ADI: 0-15 mg/kg berat badan

2. Aspartam (Aspartame) dengan ADI: 0-40 mg/kg berat badan

3. Siklamat (Cyclamates)

  •  Asam siklamat (Cyclamic acid) dengan ADI: 0-11 mg/kg berat badan (sebagai asam siklamat)
  • Kalsium siklamat (Calcium cyclamate) dengan ADI: 0-11 mg/kg berat badan (sebagai asam siklamat)
  •  Natrium siklamat (Sodium cyclamate) dengan ADI: 0-11 mg/kg berat badan (sebagai asam siklamat)

4. Sakarin (Saccharins)

  • Kalsium Sakarin (Calcium saccharin) denganADI: 0-5 mg/ kg berat badan.
  • Kalium Sakarin (Potassium saccharin) dengan ADI: 0-5 mg/ kg berat badan.
  • Natrium Sakarin (Sodium saccharin) dengan ADI: 0-5 mg/ kg berat badan.

5. Sukralosa dengan ADI: 0-15 mg/kg berat badan

6. Neotam (Neotame) dengan ADI: 0-2 mg/kg berat badan 

 

 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi