“Tantangan OJK hingga kini yakni bagaimana mendorong peningkatan lieterasidan inkluasi keuangan, khususnya inklusi keuangan di pasar modal berikut berbagai produk investasinya. Nah, adanya Galeri Investasi ini merupakan upaya untuk hal tersebut,” ujar Tjandra.
Berdasarkan survei indeks literasi tahun 2022, ungkap Tjandra, menunjukkan indeks literasi pasar modal hanya sekitar 4, 11 persen. Ini masih lemah dibandingan dengan indeks literasi sektor yang lain terutama perbankan. Selain itu, indeks inklusi keuangan tercatat hanya 5, 9 persen. Hal itu bermakna merupakan tugas kita bersama untuk meningkatkan literasi dan inkluasi keuangan agar seimbang dengan sektor-sektor yang lain.
Selain itu, maraknya penawaran illegal dengan basis teknologi informasi serta memberikan skema skema dengan janji-janji seolah pasti Hal ini tentu menjadi tantangan berkelanjutan bagi OJK untuk waspada yang dalam hal ini OJK juga masuk dalam Satgas Investasi untuk lebih aktif mengedukasi masyarakat.
“Kehadiran Galeri Investasi ini diharapkan menjadi sarana yang efektif untuk memperkenalkan pasar modal dan terbuka bagi semua kalangan masyarakat dalam mewaspadai tawaran investasi illegal.Intensitasnya sosialisasi tentang investasi dan pasar modal merupakan hal penting dalam mendorong terhindarnya masyarakat tertipu oleh investasi ilegal,” ujar Tjandra.
Menyinggung tentang demogravi investor, Tjandra mengatakan, bahwa investor usia muda mulai mendominasi pasar modal. Usia di bawah 30 tahun ternyata ada sekitar 58 persen mendominasi sebagai pelaku investor. Adapun yang berusia antara 31 tahun sampai 40 tahun tercatat ada sekitar 22,46 persen. Sedangkan yang berusia di atas 41 tahun ada sekitar 18 persen.
“Dengan begitu, tidaklah berlebihan bila saya menyimpulkan bahwa investor muda merupakan harapan baru bagi perkembangan pasar modal di masa mendatang. Sungguh pasar modal merupakan peluang besar bagi peningkatanan karier dan usaha,” kata Tjandra.
Sumber: Republika