Rabu, 17/04/2024 - 01:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Lab45 Rekomendasikan Pemerintah tak Beli Minyak Murah Rusia, Ini Kajiannya

ADVERTISEMENTS

Rekomendasi ini berkaitan dengan aspek politik internasional yang dianut Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

JAKARTA — Laboratorium Indonesia 2045 (Lab45) merekomendasikan Pemerintah Indonesia untuk bersikap netral dengan tidak membeli minyak murah Rusia. Rekomendasi itu berkaitan dengan aspek politik internasional yang telah dianut, namun tidak pula mengikuti aliansi pendukung pembatasan harga.

ADVERTISEMENTS

Sebagaimana diketahui, kebijakan intervensi terhadap harga beli minyak mentah Rusia masih berlanjut, bahkan mengalami penambahan terhadap minyak petroleum pada awal Februari 2023.

ADVERTISEMENTS
Promo Takjil Bank Aceh Syariah

“Kemarin ada wacana dari pemerintah dan Pertamina untuk membeli minyak dari Rusia, tapi rasanya dari sisi politik internasional harus dikaji lebih jauh, karena kita sudah di G20 sudah berdiri sebagai Gerakan Non-Blok,” kata Tim Peneliti Cakrawala Strategis Lab45 Irsyan Maududy dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (4/2/2023).

ADVERTISEMENTS
Promo Pembiayaan Ramadhan Ekstra Bank Aceh Syariah

Irsyan menerangkan, kajian Lab45 menetapkan bahwa posisi internasional dan Indonesia terhadap kebijakan pembatasan harga cenderung berdampak negatif terhadap geopolitik dan ekonomi internasional. Dari sisi geopolitik, pembatasan harga menambah ketegangan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Sementara dari sisi ekonomi, kebijakan pembatasan harga akan dirasakan dampak positifnya ketika kebijakan ini terealisasi secara efektif.

Berita Lainnya:
AS Desak Ukraina Hentikan Serangan ke Fasilitas Migas Rusia

“Kebijakan ini sebenarnya bisa efektif kalau Rusia tidak melakukan counter policy, namun kelihatannya Rusia akan melakukan counter policy dan bisa menjadi senjata makan tuan untuk negara-negara aliansi karena mereka juga sedang mengalami inflasi yang tinggi,” katanya lagi.

ADVERTISEMENTS
Ramadhan Berbagi Bersama Bank Aceh Syariah

Menanggapi persoalan tersebut, Vice President Pertamina Energi Institute PT Pertamina (Persero) Hery Haerudin mengatakan pembatasan harga minyak Rusia akan mempercepat decoupling global.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses Pelantikan dan Setijab Mayjen TNI Niko Fahrizal

Price cap ini ibarat mendorong balon, tekan di sini, membelendung sebelah sana. Karena akhirnya minyak-minyak Rusia mengalir ke India dan Tiongkok. India dan Tiongkok mendapatkan harga yang kompetitif,” ujar Hery.

ADVERTISEMENTS
Semarak Ramadhan 1445 H bersama Bank Aceh Syariah, Diskon Belanja 50%

Ia menjelaskan, Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Arab Saudi, dengan produksi mencapai 10,78 juta barel per hari atau mencakup 11 persen produksi minyak dunia. Adanya gangguan terhadap penjualan akan berdampak serius terhadap pasokan energi global.

ADVERTISEMENTS
Bank Aceh - Telkomsel, Beli Paket Data mulai dari 110K OMG melalui Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Periode 11 Maret - 11 April 2024
Berita Lainnya:
Presiden Mesir, Menlu AS Bahas Mediasi Gencatan Senjata di Gaza

Turunnya pasokan minyak global akan mendorong harga energi lebih tinggi dan memicu inflasi. Suku bunga yang tinggi juga meningkatkan biaya pembiayaan untuk teknologi baru yang mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

AADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

“Secara geopolitik, price cap yang berkepanjangan juga akan mendorong negara-negara penghasil minyak akan terlibat dalam persaingan Amerika Serikat dan China, dengan mempertimbangkan keuntungan untuk bergabung dalam blok ekonomi-politik sesuai dengan kepentingan masing-masing,” katanya lagi.

Vice President Riset Industri dan Regional Bank Mandiri Dendi Ramdani turut menambahkan, produksi minyak Rusia perlahan pulih karena permintaan oleh China dan India.

“Peningkatan permintaan Tiongkok dan India dimotivasi oleh perbedaan harga antara minyak dari Rusia dan AS. Sementara itu, produksi negara penghasil minyak lain juga meningkat,” ujar Dendi.

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi