Jumat, 26/04/2024 - 03:20 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

Erick Thohir Dorong Pengusaha Pontianak Majukan Industrialisasi demi Ekonomi

ADVERTISEMENTS

Erick ingatkan lewat SDA dan market, Indonesia bisa jadi pusat rantai pasok dunia

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 PONTIANAK — Menteri BUMN Erick Thohir mendorong pengusaha muda, terutama di Pontianak, Kalimantan Barat terus belajar, berpikiran positif dan jangan pernah mengeluh, serta terus melihat ke masa depan. Dengan potensi dan kekuatan karena memiliki sumber daya alam (SDA) dan market yang besar, Indonesia berpeluang menjadi pusat rantai pasok dunia.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Sudah lama bangsa ini jadi penonton, sementara sumber daya alam, market-nya dikuasai dan digunakan untuk pertumbuhan serta pembukaan lapangan kerja negara lain. Ayo, jangan hanya jadi penonton. Saatnya kita harus berkuasa dan mandiri atas diri sendiri. Apalagi 55 persen penduduk Indonesia berusia 35 tahun. Jika kita tidak bergerak, maka 60 persen khawatir tidak mendapatkan pekerjaan dan kesempatan berusaha,” ujar Erick Thohir dalam dialognya dengan para pengusaha Kota Khatulistiwa di Pontianak, Kalbar, Ahad (5/2).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Dalam pertemuan yang dihadiri pengusaha dari berbagai latar belakang industri dan UMKM itu, Erick menegaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dalam 10 tahun terakhir menunjukkan kepemimpinan Indonesia berani dan tepat dalam mengambil keputusan penting untuk membuat sistem yang mampu mensejahterakan rakyat. Oleh sebab itu, diperlukan kesinambungan sehingga sistem dan jalan yang tepat ini menopang arah menuju Indonesia maju.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Buah Manis Transformasi BUMN

“Hingga kini, pemerintah telah mengintervensi pengadaan dalam negeri yang nilainya mencapai Rp 700 triliun. Ini angka besar jika untuk pengadaan dalam negeri bisa di industrialisasi dalam negeri. Begitu halnya dengan hilirisasi sumber daya alam. Pembangunan smelter menjadi potensi untuk membuat pertumbuhan tetap berada ada di Indonesia,” jelasnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Erick menambahkan, masih banyak pekerjaan rumah yang memerlukan kiprah dari pengusaha dalam negeri. Mulai dari pangan yang belum dilalukan industrialisasi sepenuhnya, hingga potensi kelautan dan perikanan, yang merupakan salah satu kekuatan di Kalimantan Barat yang belum diindustrialisasi secara maksimal.

“Jika mau jujur, lihat pangan kita masih dominan impor, termasuk gula. Padahal dulu kita raja gula. Tebu bisa menghasilkan etanol untuk mengurangi impor bahan bakar. Ini kesempatan bisnis yang bisa dikolaborasikan bersama. Begitu pula potensi industri kreatif, seperti fashion yang nilainya lebih dari 180 triliun. Jika 60 persen saja bisa dikelola dalam negeri, sudah lumayan,” tambahnya.

Berita Lainnya:
Airlangga Tegaskan Pendistribusian Perlinsos Dilaksanakan secara Transparan dan Akuntabel

Dalam kesempatan itu, Erick menyatakan, perusahaan-perusahaan BUMN sudah memberikan tempat bagi pengusaha daerah dan UMKM agar masuk ekosistem yang dibangun BUMN. Dengan mendorong pengusaha daerah dan UMKM menghasilkan produk-produk dalam negeri yang dibutuhkan BUMN, maka akan terjadi pula pemerataan ekonomi yang dirasakan seluruh masyarakat.

“Kami mengurangi anak cucu BUMN yang jumlahnya ratusan dan bisnisnya tidak menguntungkan. Agar, bisnis-bisnis itu bisa dilakukan pengusaha daerah dan UMKM yang kemudian produknya digunakan atau dibeli BUMN yang sudah punya ekosistem. Ini sejalan dengan arahan Presiden untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Ini yang terus kami dorong agar pengusaha lokal dan UMKM hidup dalam ekosistem BUMN,” ujarnya.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi