BTN usulkan skema baru KPR FLPP bertenor subsidi selama 10 tahun dan bunga 5 persen.
JAKARTA – Puluhan pedagang sayuran, pedagang kaki lima, hingga berbagai pedagang lainnya memenuhi Bank BTN cabang Kota Palembang sore itu. Tujuan mereka satu, mendapatkan rumah impian mereka selama ini.
Asep Wahidin (32 tahun), pedagang dari Pasar Maskarebet, merupakan salah satu pedagang yang datang untuk akad KPR subsidi pada hari itu. Setelah menjalani proses administrasi berbulan-bulan dengan bantuan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), akhirnya ia bisa mendapatkan rumah impiannya melalui program KPR subsidi Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT).
“Saya berempat sama istri dan kedua anak saya datang dari sore, hujan-hujanan, demi dapat rumah. Alhamdulillah rezeki kami, mendapatkan rumah impian,” tutur Asep kepada Republika.
Perjuangan Asep, seorang pedagang ikan, untuk mendapatkan rumah impiannya tidaklah mudah. Selama delapan tahun ini ia mengontrak sebuah rumah panggung yang daerahnya kerap kali mengalami banjir setiap hujan. Air selalu membanjiri rumahnya setiap hujan turun, terparah hingga 1,5 meter tingginya. Namun, ia tidak menemukan lokasi lain untuk mengontrak sesuai anggarannya.
Memiliki dua anak kecil berusia 7 tahun dan 3 tahun sangatlah menyulitkan jika terus tinggal di wilayah yang rawan banjir. Namun, dengan omzet Rp 250 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, uang tabungan hasil berdagangnya tidak mencukupi untuk membeli rumah secara tunai. Sedangkan untuk KPR pun, ia bukan termasuk kalangan bankable.
Maka ketika IKAPPI menawarkan program KPR subsidi melalui Bank BTN, kesempatan ini langsung diambil Asep dengan cepat. Berbulan-bulan ia mengurus berbagai persyaratan hingga akhirnya mendapatkan rumah impiannya pada pertengahan Desember 2022 lalu dengan subsidi uang muka Rp 40 juta.
Saat akad untuk KPR di kantor Bank BTN, hari hujan deras hingga malam hari dan sampai rumah ia sekeluarga kebanjiran. Tapi pikirannya sudah sangat tenang dan mereka menghadapi banjir itu dengan senyuman karena baru saja mendapatkan rumah.
“Rumah KPR subsidi ini sekitar 2 km jaraknya dari pasar dan bebas banjir. Sangat membantu kami sekali, dan kami sekeluarga mengucapkan terima kasih kepada IKAPPI dan BTN,” kata Asep.
Rumah tersebut baru mencapai 80 persen tahap pembangunan. Diperkirakan para penerima KPR subsidi dapat menempati rumah tersebut pada tahun ini. Kali ini, rumah tidak lagi sekedar khayal untuk Asep. Ia sudah sangat menanti-nantikan menempati rumah sederhana yang akan ia cicil selama 20 tahun mendatang.
Program BP2BT merupakan program KPR subsidi yang menyasar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sektor pekerja informal. Pekerja informal dalam hal ini dapat berupa buruh, pedagang, hingga driver ojek online. Sebelumnya, bekerja sama dengan GoJek, Bank BTN juga telah menyalurkan KPR subsidi kepada para mitra driver GoJek.
Ketua Umum IKAPPI, Abdullah Mansuri mengatakan, program tersebut mendapatkan antusiasme yang sangat besar dari para pedagang pasar. Kerja sama antara IKAPPI dan Bank BTN dalam program ini memang baru dimulai pada pertengahan tahun lalu, tapi peminatnya luar biasa banyaknya di berbagai kota dan kabupaten.
IKAPPI bahkan mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) karena turut membantu kelancaran program pengadaan rumah tersebut.
“Kurang lebih 500 rumah kita bisa berikan ke pedagang. Walaupun targetnya 3.000, jauh dari harapan karena banyak faktor secara administrasi di awal,” ungkap Abdullah kepada Republika.
Abdullah mengatakan, secara finansial para pedagang sangat mampu menyicil rumah subsidi sebesar Rp 1 juta per bulan. Namun, secara psikologis, mereka memang tidak bankable karena tidak terbiasa menabung di bank dan berurusan dengan administrasi.
Inilah yang menjadi kendala bagi IKAPPI ketika menyosialisasikan program KPR subsidi ini. Banyak yang berminat di awal, namun berguguran ketika harus berhadapan dengan proses pengurusan administrasi. Padahal ini menjadi salah satu media IKAPPI untuk menambah anggotanya yang saat ini berjumlah 1,4 juta. Apalagi potensi pedagang pasar ada sebanyak 12 juta orang di seluruh Indonesia.