Rabu, 24/04/2024 - 21:21 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Tak Peduli Protes Ribuan Warga Israel, Netanyahu Rombak Sistem Hukum

ADVERTISEMENTS

YERUSALEM — Puluhan ribu warga Israel pada Senin (13/2/2023) menggelar aksi demonstrasi di luar gedung parlemen Israel, Knesset untuk memprotes kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Pemerintah Netanyahu secara resmi meluncurkan rencana kontroversialnya untuk merombak sistem hukum.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Demonstrasi yang riuh di luar Knesset, ditambah dengan pemungutan suara komite di dalam gedung, tampaknya memperdalam perpecahan politik akibat program Netanyahu. Rencana tersebut telah memicu protes massa selama berminggu-minggu, memicu kecaman dari sebagian besar masyarakat Israel dan menarik pernyataan keprihatinan dari Presiden AS, Joe Biden.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Netanyahu dan sekutunya mengatakan hakim yang tidak dipilih di negara itu memiliki terlalu banyak kekuasaan dan perlu dikendalikan. Lawan politik mengatakan bahwa Netanyahu, yang diadili atas tuduhan korupsi, memiliki konflik kepentingan yang mendalam ketika merombak hukum negara itu. Mereka mengatakan perombakan yang direncanakan akan menghancurkan check and balances demokrasi negara, dan upaya tersamarkan untuk menghilangkan kasus hukum dan kriminal yang telah diperbuat Netanyahu.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Demonstrasi hari Senin adalah yang terbesar yang terjadi di kota itu dalam beberapa tahun. Ribuan orang turun ke jalan di Yerusalem dari seluruh negeri dengan angkutan kendaraan dan kereta yang penuh sesak, mengibarkan bendera dan meneriakkan “demokrasi” saat mereka keluar dari stasiun.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Rencana Pembunuhan Anak Pemimpin Hamas tak Dilaporkan ke Netanyahu, IDF Blunder Lagi?

“Mereka mendengar kami,” kata pemimpin oposisi Yair Lapid kepada massa sambil menunjuk ke arah parlemen. “Mereka mendengar kekuatan dan komitmen kami. Mereka berpura-pura tidak mendengar. Mereka berpura-pura tidak takut. Tetapi mereka mendengar dan mereka takut.”

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Penggagas demonstrasi mengklaim bahwa lebih dari 100 ribu orang bergabung dalam demonstrasi. Mereka termasuk aktivis kelompok minoritas Arab, hak-hak perempuan dan LGBTQ serta partai oposisi. Mereka bergabung dengan kelompok akademisi, tentara cadangan, pelajar, karyawan teknologi tinggi, pensiunan, dan keluarga muda.

Demonstran ramai membunyikan terompet, meneriakkan “demokrasi”, bernyanyi dan bersiul. Namun peristiwa itu berlalu tanpa insiden dan bentrokan, pihak polisi juga mengatakan tidak ada penangkapan. Banyak pengunjuk rasa membawa bendera dan poster biru-putih Israel mengecam apa yang mereka katakan sebagai serangan terhadap institusi demokrasi negara itu. “Malu! Malu!” dan “Israel tidak akan menjadi kediktatoran,” teriak mereka.

“Rakyat tidak akan memilikinya,” kata Boaz Zarki, seorang demonstran di Yerusalem. “Pemisahan otoritas sangat penting bagi keberadaan demokrasi.”

Selain di Yerusalem, demonstrasi besar lainnya diadakan di kota-kota di seluruh negeri pendudukan Israel. Meskipun ada seruan dari presiden boneka Israel untuk membekukan undang-undang dan memulai dialog dengan oposisi, Netanyahu tetap melanjutkan programnya.

Berita Lainnya:
Beijing: Asia Tenggara Penting untuk China

Saat pengunjuk rasa berkumpul di luar parlemen, komite parlemen yang dikendalikan oleh sekutu Netanyahu mengesahkan undang-undang pertama yang terkait dengan rencana tersebut. Mereka termasuk proposal untuk memberikan kendali legislatif yang didominasi Netanyahu atas penunjukan yudisial. Saat ini, hakim ditunjuk oleh komite independen yang terdiri dari pengacara, politisi, dan hakim.

Perombakan sistem hukum dalam proposal kedua Netanyahu, ialah akan menghilangkan kewenangan Mahkamah Agung. Arahnya untuk meninjau kembali legalitas atas undang-undang utama yang dikenal sebagai “Hukum Dasar.”

Masih dalam pengerjaan adalah proposal lain untuk memberi parlemen kekuatan untuk membatalkan keputusan Mahkamah Agung yang tidak disukainya. Para penentang mengatakan proposal itu akan mendorong Israel menuju sistem seperti Hungaria dan Polandia di mana pemimpin memegang kendali atas semua kontrol kekuasaan utama.

Selama pemungutan suara komite yang sulit diatur, anggota oposisi berdiri di meja konferensi, menggebrak meja dan berteriak “malu!” Ketua panitia, Simcha Rothman, seorang anggota partai agama sayap kanan, mengeluarkan beberapa politisi oposisi dari Knesset, setidaknya dua di antaranya diseret oleh petugas keamanan.

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi