Kamis, 25/04/2024 - 21:33 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

INTERNASIONALTIMUR TENGAH

Menlu Israel Kunjungi Ukraina Temui Presiden Zelensky

ADVERTISEMENTS

KIEV — Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen melakukan kunjungan ke Ukraina, Kamis (16/2/2023). Cohen menjadi pejabat pertama Israel yang berkunjung ke Ukraina sejak negara tersebut terlibat peperangan dengan Rusia pada Februari tahun lalu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“(Eli Cohen) melakukan kunjungan resmi hari ini (Kamis) ke Kiev, di mana di akan bertemu dengan Presiden (Ukraina Volodymyr) Zelensky dan Menteri Luar Negeri (Ukraina) Dmytro Kuleba,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Araby.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Kemenlu Israel tak menjelaskan tentang apa saja hal yang bakal dibahas Cohen bersama Zelensky dan Kuleba. Namun dalam kunjungannya, Cohen diagendakan membuka kembali Kedutaan Besar Israel untuk Ukraina.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“(Misi diplomatik) akan kembali melanjutkan aktivitasnya, dengan tujuan memperkuat hubungan antar-negara,” ujar Cohen dalam sebuah pernyataan.

ADVERTISEMENTS

Israel telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Ukraina sejak peperangan pecah di negara tersebut. Namun sejauh ini Tel Aviv tidak mengikuti langkah Barat memasok persenjataan untuk Kiev. Kendati demikian, Israel disebut memberikan informasi intelijen kepada Ukraina tentang pesawat nirawak (drone) yang dipasok Iran ke Rusia.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Iran Rencanakan Serangan Balasan untuk Israel, Begini Peringatan Amerika Serikat

Meski cenderung “berpihak” pada Ukraina, sejauh ini Israel tetap mempertahankan hubungan diplomatiknya dengan Rusia. Awal bulan ini Rusia memperingatkan Israel untuk tidak memasok persenjataan ke Ukraina. Seperti halnya bantuan militer dari Barat, Moskow tak segan untuk membidik dan menghancurkan senjata-senjata Israel ketika tiba di Kiev.

“Kami mengatakan bahwa semua negara yang memasok senjata (ke Ukraina) harus memahami bahwa kami akan menganggap (senjata) ini sebagai target yang sah untuk angkatan bersenjata Rusia,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada awak media, 1 Februari lalu.

 

Dia memperingatkan bahwa peningkatan bantuan persenjataan untuk Ukraina hanya akan meruncingkan konflik. “Setiap upaya, dilaksanakan atau bahkan tidak direalisasikan tapi diumumkan untuk pasokan senjata tambahan, baru atau lainnya, mengarah dan akan mengarah pada eskalasi krisis ini. Dan semua orang harus menyadari hal ini,” ujar Zakharova.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN pada 1 Februari lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, dia sedang mengkaji untuk memberikan bantuan militer kepada Ukraina. Namun, Netanyahu pun menyatakan siap memediasi Rusia dan Ukraina jika diminta oleh para pihak yang terlibat dalam konflik tersebut, termasuk Amerika Serikat (AS).

Berita Lainnya:
Warga Israel Ditangkap di Malaysia Punya Senpi, Beli Rp 32 Juta Per Pistol

“Ya, saya sedang mengkajinya,” kata Netanyahu ketika ditanya apakah Israel dapat memberikan bantuan militer kepada Ukraina, misalnya dengan mengirimkan Iron Dome, sistem pertahanan udara yang selama ini melindungi Israel dari serangan roket.

Dalam wawancara itu, Netanyahu mengonfirmasi bahwa AS telah menarik persediaan artileri yang sebelumnya ditempatkan di Israel kemudian memindahkannya ke Ukraina. “AS baru saja mengambil sebagian besar amunisi Israel dan meneruskannya ke Ukraina. Israel juga, sejujurnya, bertindak dengan cara yang tidak akan saya sebutkan di sini terhadap produksi senjata Iran yang digunakan untuk melawan Ukraina,” katanya.

Terlepas dari urusan persenjataan, Netanyahu mengaku siap memediasi Rusia dan Ukraina jika diminta oleh para pihak. “Saya sudah cukup lama untuk mengetahui bahwa harus ada waktu yang tepat dan keadaan yang tepat (untuk negosiasi). Jika mereka (waktu dan keadaan yang tepat) muncul, saya pasti akan mempertimbangkannya,” ucapnya.

 

sumber : Reuters

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi